Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Badai Pasti Berlalu dan di Usia 38 Tahun Saya Sudah Jadi Pengusaha

24 November 2020   20:17 Diperbarui: 24 November 2020   20:39 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ket.foto : tahun 1981 di Cheng Ching Lake - Kaushiung - Taiwan / di usia kami 38 tahun ,nasib kami sudah berubah/dokpri

Setelah Bertahun Tahun Hidup Melawan Badai

Tulisan ini bukanlah  pamer pencapaian,melainkan semata mata untuk menginspirasi dan memotivasi bagi mereka yang masih harus berlayar di samudara kehidupan dengan melawan badai. Hidup menderita itu sangat tidak enak. Belum lagi rasa tanggung jawab terhadap anak istri.

Ada perasaan berdosa didalam hati,menyaksikan isteri berwajah pucat dan kurus  dan anak yang sakit sakitan,tapi tidak ada uang untuk membawa mereka ke dokter. 

Dan seperti kata peribahasa :" Ketika anda tertawa,maka seluruh dunia akan ikut tertawa bersama anda.tapi bila anda menangis,maka merataplah anda seorang diri dalam kegelapan malam. Secara pribadi saya sudah merasakannya. Bahkan ketika bertamu kerumah sanak keluarga,hanya diterima di depan pintu pagar saja,karena orang takut kami datang untuk minjam uang.

Dalam kondisi seperti ini,bukannya menolong,tapi kata kata yang sering dengar adalah :"Makanya jangan buru buru nikah,kalau hidup belum mapan. Tuh,kasihankan anak isteri". 

Alangkah terluka hati mendengarkan semuanya ini. Tapi saya bersyukur kepada Tuhan,telah memberikan saya seorang wanita yang tidak pernah mengeluh disaat saat hidup mencapai titik nadir. Bahkan isteri saya selalu berdoa dan menyemangati :" Jangan putus asa sayang, percayalah badai pasti berlalu dan kita akan sukses "

ket,foto: 1981 di Taiwan./dokpri
ket,foto: 1981 di Taiwan./dokpri
Doa Kami Dikabulkan dan Badaipun Berlalu

Menjalani hari hari penuh penderitaan,sungguh terasa amat berat. Bobot tubuh istri hanya tersisa 38 kg dan putera kami yang baru satu orang ,yakni Irmansyah Effendi,kurus dan batuk batuk,serta sering kejang kejang. Dan seakan akan penderitaan kami belum cukup.petugas PLN datang dan memutuskan aliran listrik,karena sudah 3 bulan menunggak.

Kata Petugas PLN:"Maaf ya pak, saya juga orang kecil dan tahu apa artinya hidup susah,tapi saya ditugaskan untuk memutus aliran listrik,karena tunggakan sudah 3 bulan" Dan saya hanya menganggukan kepala dengan perasaan tak menentu. 

ket.foto : bersama putra dan putri kami dokpri/ putri bungsu kami sudah berusia 44 tahun dan putra sulung kami sudah berusia 54 tahun/dokpri
ket.foto : bersama putra dan putri kami dokpri/ putri bungsu kami sudah berusia 44 tahun dan putra sulung kami sudah berusia 54 tahun/dokpri
Bertahun tahun kami jalani hidup semacam ini. Demi untuk dapat mengubah nasib saya berkerja secara serabutan, Bahkan ketika kerja bongkar muat barang diatas bis,saya pernah terjatuh dan tulang rusuk saya serasa remuk.

Malamnya saya batuk dan mengeluarkan darah. Esok harinya isteri saya berusaha mencari daun daunan ,yang dipercaya dapat meringankan rasa sakit  Inilah sekilas pintas kehidupan kami semasa lalu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun