Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perhatian Tulus Menjadi Obat Penawar bagi Orang Sakit

21 November 2020   20:29 Diperbarui: 21 November 2020   20:32 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ket.foto: setiap kali kami datang ke suatu daerah dan mengadakan acara,selalu dipadati oleh ratusan orang pengunjung/dokpri

Karena Mengandung Energi Positif 

Semakin banyak kita berjalan,semakin banyak pula yang dilihat Dan tak kurang pentingnya adalah semakin banyak yang dapat dipelajari. Karena hidup ini adalah Universitas paling lengkap di jagat raya ini. Ada begitu banyak pelajaran hidup,yang sama sekali tidak tersentuh di bangku kuliah dan tidak diajarkan di universitas paling beken di dunia. 

Misalnya ,tidak ada sekolah tentang kerendahan hati dan juga tidak ada sekolah yang mengajarkan tentang hidup berbagi.Hal ini, hanya dapat dipelajari di Universitas Kehidupan.  Belajar di sekolah,akan menghadirkan ilmu pengetahuan dalam diri kita,sedangkan belajar di Universitas Kehidupan ,akan menjadikan kita arif dalam memaknai arti sebuah kehidupan.Bagaimana berempati dengan orang lain,siapapun adanya.

Ada 2 Orang Guru Kehidupan Saya,yakni:

  1. Bu Halimah 
  2. Pak Syaifullah

Tentang bu Halimah ,sudah saya tuliskan,bagaimana dalam segala kekurangan dirinya, wanita tua ini,dengan penuh keikhlasan memberikan sepotong ubi rebusnya kepada saya . Dan tentu saja saya tidak perlu mengulangi kisah yang sama

dokpri
dokpri
Kedua pak Syaifullah

Pada waktu saya masih menjadi pedagang keliling Medan - Padang,suatu waktu bis yang saya tumpangi tidak dapat melanjutkan perjalanan,karena tanah longsor. Dibutuhkan alat alat berat untuk membersihkan jalan,hingga dapat dilalui.  Maka perjalanan ke Padang ditunda hingga esok harinya. Semua penumpang akan menghabiskan malam itu dengan tidur di Masjid

Rasa lapar dan kantuk yang amat sangat ,menyebabkan saya tertidur. Entah sudah berapa lama,saya sungguh tidak tahu. Tiba tiba ada yang menyapa saya,:"Yuk kita makan nak,sudah malam"

Dan dengan suara perlahan saya menjawab:"Saya tidak membawa bekal pak,karena tadinya berpikir mau makan dikedai,tapi ternyata tanah longsor"

Dan pria tua itu menjawab :" Nama bapak Syaifullah  nak, Ini ada sebungkus nasi dengan lauk ikan asin. Yuk kita makan bersama". Karena memang sudah sangat lapar,maka  tawaran ini saya terima dengan senang hati. Pak Syaifullah membagi nasinya menjadi dua bagian dan begitu juga ikan asin dibagi menjadi dua potong.  Dalam kondisi lapar.terasa banget,makan nasi dan sepotong ikan asin,terasa sangat nikmat .

Pelajaran Berharga Bagi Saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun