Ucapan terima kasih membanjir dan ditujukan kepada diri saya. Dan dalam waktu dan tempo sesingkat singkatnya, saya sudah dinobatkan sebagai Pahlawan (kesiangan) secara aklamasi oleh warga yang merasakan bahwa diri saya adalah utusan dari surga
Dan dengan dada yang membusung karena sesak dengan rasa kebanggaan menjadi pahlawan didepan puluhan warga ditempat kumuh tersebut, maka saya kembali ke apartemen dengan rasa puas karena dahaga saya untuk dapat disebutkan sebagai pahlawan sudah terpenuhi hanya dengan bermodalkan beberapa kardus mie instant. Walaupun ada perbedaan sedikit, yakni menjadi "Pahlawan Kesiangan" bagi saya tidak masalah.Â
Yang penting, ada kata Pahlawan disematkan atas diri saya. Dan kelak ketika majalah warga di apartemen di terbitkan, disana ada foto saya sedang "in action"dengan keterangan foto "Tjiptadinata Effendi, warga apartemen peduli korban banjir "
Dan foto saya yang berada diantara kerumunan begitu banyak orang sungguh merupakan kebanggaan bagi saya, karena tanpa ikut berperang, tanpa perlu ikut bersusah payah membantu warga korban banjir, cukup dengan beberapa kardus mie instant, secara instant saya sudah jadi Pahlawan bagi warga setempat.
Catatan:
Sebuah cerpen yang merupakan kritik diri  di Hari Pahlawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H