Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Biarkan Luka Bathin Menggerogoti Jiwa Kita

4 November 2020   04:18 Diperbarui: 4 November 2020   04:26 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: berita.tagar.com

Setiap orang  pasti pernah merasakan bagaimana rasanya hati yang terluka

Setiap pagi ,usai mengucap syukur kepada Tuhan ,bahwa saya masih diizinkan melanjutkan perjalanan hidup di dunia ini, maka saya manfaatkan sekitar 5 menit untuk melakukan contemplasi singkat.

Mereview kembali masa lalu,kesalahan yang pernah saya lakukan,agar jangan lagi saya ulangi dan entah berapa kali hati saya sudah pernah terluka. Tapi ibarat membaca kisah sejarah,walaupun dengan sangat jelas saya masih mengingat bahwa saya pernah berkali kali merasakan, bagaimana rasanya menjadi manusia yang tidak dipandang sebelah mata. Selama hidup merangkak tujuh tahun,tak sekalipun mendapatkan undangan, bila ada anak sahabat,bahkan anak kerabat yang menikah, hanya karena kami miskin. 

Merasakan betapa ketika bertamu kerumah salah seorang kerabat, hanya diterima didepan pintu pagar dan tidak diizinkan masuk kedalam rumah. Terbayang juga saat pimpinan kredit salah satu bank, mengatakan kepada saya: "Maaf,kepala tidak laku untuk dijadikan agunan kredit".  

Bagaimana rasanya ditangkap di tengah malam dan wajah saya masuk koran dan tv ,karena difitnah sahabat baik saya Belum lagi ,orang yang sudah kami anggap sebagai anggota keluarga,telah menipu kami dalam jumlah yang banyak. Dan seterusnya dan seterusnya..

Tidak Ada Lagi Luka Bathin
Sejujurnya, untuk dapat memaafkan semua pelakunya,butuh waktu yang panjang. Karena memahami bahwa :" Hatred cannot be end by hatred,but by love" Kebencian,tidak dapat dihapuskan oleh kebencian,karena hanya akan menghadirkan kebencian yang lebih mendalam" Satu satunya jalan untuk memupus habis rasa sakit hati dan kebencian adalah: "memaafkan " Dan untuk dapat memaafkan, kita perlu berdamai dengan diri sendiri. 

Warning tentang hal ini,sesungguhnya sudah tak terhitung kalinya saya sebut dalam doa:"Ampunilah kesalahan kami,seperti kamipun mengampuni yang bersalah kepada kami" Dalam arti kata,sebelum saya memaafkan orang yang bersalah kepada saya,maka dosa saya tidak akan diampuni. Takaran nya sudah sangat jelas.. Mudah mengucapkannya,tapi butuh kesungguhan hati untuk mengaplikasikannya dalam hidup  

Akhirnya dengan penuh rasa syukur saya bisa memaafkan semuanya dan seluruh luka bathin saya sudah pulih. Saya tidak pikun dan  berharap jangan pernah pikun, karena itu seluruh rangkaian peristiwa masih sangat jelas terbayang tapi sama sekali tidak ada lagi rasa sakit. 

Mengingat semuanya ini, justru menghadirkan rasa syukur dalam hati, bahwa: "syukur bukan saya pelakunya" Dan berbagai kejadian pahit yang pernah saya alami,telah terpahat menjadi prasasti dalam diri,yang mengingatkan saya, agar jangan pernah melukai hati orang. Dan jangan pernah mengambil apapun yang bukan hak saya. 

Kebebasan Sejati 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun