Cerpen Yang Diangkat dari Kisah Hidup Sejati
Malam semakin larut. Hujan turun sangat lebat Disertai angin kencang menghadirkan suasana yang mencengkam.
Dalam temaramnya nyala lampu minyak yang berkedap kedip ditiup angin, pria ini memandangi secara bergantian wajah isterinya yang pucat dan kurus dan beralih kewajah putranya yang belum genap usia 4 tahun, meringkuk dan bungkusan kain sarung bekas .
Tampak wajah isterinya tidur dengan menahan rasa sakit. Â Terkadang menekankan bantal guling kumuh kedadanya yang kerempeng.Â
Laki laki yang dengan tabah menghadapi berbagai bahaya maut yang mengancam dirinya tetiba menjadi cengeng dan menangis. Dalam hatinya ia berdoa "Ya Tuhan, ini semua salah saya karena sebagai kepala keluarga tak mampu memberikan kehidupan layak kepada anak isteri. Biarlah segala kutukan ditumpahkan atas diri saya, karena ini memang dosa saya. Tapi anak isteri saya tidak bersalah, mengapa mereka harus ikut menanggung beban derita atas kesalahan diri saya?"Â
Namun, mungkin Tuhan sudah lupa bahwa dalam gubuk reyot ini ada sepasang suami isteri dan putera mereka yang masih hidup dalam neraka dunia. Entah sudah berapa ratus kali ia berdoa, tapi seakan akan doanya lenyap ditelan derunya angin.Â
Tetiba laki laki ini merasakan dadanya sesak dan ingin batuk. Maka agar anak dan isterinya tidak terbangun, ia berdiri dan berlari ke kamar madni yang hanya dibatasi sepotong seng bekas.
Disana ia menumpakan cairan yang terasa asin dari mulutnya dan ternyata gumpalan darah. Laki laki ini sama sekali tidak kaget karena memang sudah seminggu ini ia batuk darah akibat terjatuh ketika bekerja sebagai buruh bongkar muat barang.Â
Baginya kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan, tapi yang ditakutinya adalah bila ia mati,bagaimana anak dan istrinya? Rasa tanggung jawab yang begitu besar ini menyebabkan ia mampu bertahan hidup
Tetiba Ada Suara Yang Memanggilnya
Terasa ada tangan lembut menepuk nepuk pundaknya dan mengatakan "Koko.. bangun sudah jam 4.30 Â Saya sudah siapkan Kopi ntar keburu dingin" Laki laki ini membuka matanya dan memandang takjub disekelilingnya.Â