Sebagai orang yang dilahirkan dan dibesarkan di Indonesia,tentu saya masih ingat,cara umum untuk menakar kondisi ekonomi dari sebuah keluarga. Setidaknya apa yang saya saksikan hampir setiap hari ,sewaktu masih tinggal di Pasar Tanah Kongsi di Kota Padang.Â
Dengan melirik isi dari keranjang bawaan emak emak,maka tanpa perlu kepo bertanya ini dan itu,kayak wartawan menginterview sumber berita,kita sudah tahu kondisi keluarga dari orang yang memegang keranjang atau tas yang dibawa emak emak tadi . Kalau yang tampak dalam tas barang belanjaannya terdiri dari Bayam ,kangkung atau tauge dan barang sejenisnya,maka sudah hampir dapat dipastikan,bahwa yang membawa barang belanjaan ini berasal dari keluarga sederhana
Tapi kalau keranjang bawaannya,berisi daging dan ikan kakap  dan ayam ,serta minim sayuran,maka patut diduga yang membawa barang belanjaan ini berasal dari keluarga yang ekonominya sudah mapan. Karena kita semua sudah tahu,kira kira berapa harga seikat bayam atau kangkung .Tinggal mengakulasikan saja diluar kepala Â
Dengan hanya melirik ke Tong sampah tetangga,maka kita akan tahu secara garis besarnya, kondisi ekonomi keluarga mereka. Kalau tong sampahnya hanya berisi ,sisa sisa ujung bayam atau ujung kangkung ,maka kita sudah dapat memprediksi kondisi ekonomi keluarganya.
Karena Tong sampah dari keluarga yang kondisi ekonominya cukup mapan,maka Tong sampahnya biasanya terdiri dari:"Tulang belulang ayam, kaleng bekas makanan kaleng,potongan roti dan keju ,bahkan boleh jadi masih banyak sisa makanan yang layak makan ,tapi dibuang kedalam tong sampah.
Cara mendeteksi kondisi ekonomi sebuah keluarga yang dapat diterapkan di negeri kita,tidak relevan bila diterapkan di Australia . Masalahnya,harga sayur ,jauh lebih mahal ,ketimbang harga  Ayam dan daging. Silahkan disimak bayam seperti digambar diatas,harganya kalau di rupiahkan ,setara dengan Rp.200.000 - perkg.
Nah,bagi emak emak yang masakannya terdiri dari kangkung dan bayam, mulai saat ini tidak perlu berkecil hati,karena harga satu kilo bayam,berlipat kali lebih mahal dibandingkan harga daging ayam di Australia.Disini saya menahan diri untuk tidak makan buah alpukat,karena harganya Rp.50.000 perbuah atau mau makan buah pepaya lebih dari Rp.100.000 satu buah .Â
Pesan moral dari tulisan ini adalah :"Syukurilah apa yang ada pada kita"