Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Di Belakang Layar A to Z Kompasiana

25 September 2020   09:04 Diperbarui: 25 September 2020   14:30 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
iIustrasi: Dok. kompasiana

Kompasiana Melangkah Maju
Ada pesan masuk via WA dari Kompasiana yang disampaikan oleh mas Ikhsan Kamil, salah seorang dari admin Kompasiana. Intinya adalah mengajak saya untuk ikut ambil bagian sebagai narasumber dalam sharing ini. Tentu saja dengan segala senang hati saya menerima ajakan ini karena merupakan sebuah apresiasi bagi diri saya.  

Dan kemudian dilanjutkan dengan penjelasan secara rinci apa saja yang akan dijadikan topik pembicaraan dan apa saja tugas saya sebagai salah satu narasumber. 

Hingga di sini saya dengan tenang membaca penjelasan demi penjelasan yang diberikan.Karena saya sudah terbiasa menjadi narasumber, baik di RRI maupun di berbagai radio dan begitu juga di TVRI dan aneka ragam siaran televisi lainnya.

Bahkan sering ikut dalam dialog interaktif di beberapa stasiun televisi. Tapi selama ini, semuanya sudah dipersiapkan dan saya cukup datang melenggang, duduk, dan berbicara. 

Akibat Gaptek 
Tapi saat mas Kamil menjelaskan panduan teknis sebagai berikut:

Buka WA di HP, klik titik 3 di pojok kanan atas, pilih WhatsApp Web, kemudian pilih tanda + dipojok kanan atas. Lalu scan QR  CODE yang ada di web.whatsApp layar Laptop dan seterusnya. 

Sampai di sini kening saya yang memang sudah mulai keriput semakin mengerut karena selama ini saya belum pernah melakukannya.

Saya sampaikan sejujurnya kepada mas Kamil bahwa saya gaptek dalam hal ini. Dan dengan sabar mas Kamil  terus memberikan tuntunannya. Tapi yang namanya "mudah" bagi orang yang mengerti, ternyata adalah "sulit" bagi saya yang memang tidak paham.

Hampir setengah jam mas Kamil menghabiskan waktu untuk menjelaskan kepada saya. Tapi karena belum juga mendapatkan kiatnya, maka akhirnya saya teriakkan cucu kami yang tinggal di lantai 1. Cucu kami yang bernama Kevin turun dan dalam hitungan detik semua kelar.

Wuih, dulu saya yang mengajari cucu saya sewaktu masih kecil, tapi kini saya yang belajar dari cucu kami. Begitulah hidup ini, seperti roda pedati. Sekali kita berada sebagai pengajar, tapi di lain waktu harus mau duduk sebagai pelajar.

Pertanyaan yang Mengelitik
Di antara berbagai pertanyaan yang masuk, ada satu pertanyaan yang mengelitik, yakni, "Apalah penulis senior merasa tersisihkan dengan hadirnya puluhan ribu penulis milenial?".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun