Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dapat Duren Runtuh Tidak Selalu Berarti Nikmat

9 September 2020   09:25 Diperbarui: 9 September 2020   09:28 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Perlu Dikaji Mendalam

Seringkali kita dengar ada yang bilang,:"Wuiih, enak banget ,dapat istri anak orang kaya. kayak dapat duren runtuh saja" Nah,jangan terus tergoda lantaran terbius oleh kata kata indah ini. Kalau bangun pagi ,tetiba ada duren tetangga yang jatuh di pekarangan kita,tentu saya patut disyukuri.

Kita nggak nyolong,nggak maling ,nggak minta,tapi pohonnya berbaik hati  memberikan kepada kita,walaupun mungkin tuannya yang empunya pohon belum tentu ikhlas. Meniru  ucapan koruptor "Rejeki itu bisa datang darimana saja " Nah,menolak rejeki,berarti menolak kebaikan orang. " bukankah begitu saudara saudaraku semuanya?"

Tapi apakah benar dapat duren runtuh selalu merupakan sebuah kenikmatan? Belum tentu. ! Misalnya durennya jatuh ,persis sewaktu kita lagi kerja membersihkan laman dan buah duren itu menimpa kelapa kita.Gimana? Pasti nggak enak kan? 

Atau sedang enak enak menikmati duren tetangga yang jatuh,ee tetiba pemiliknya datang dan minta agar durennya yang salah alamat dikembalikan lagi, Nah,bayangkan buah duren sudah masuk ke perut,pemiliknya datang dan minta dikembalikan. Mau gimana lagi? Mau diganti, belum gajian ,mau didiamkan ,pemiliknya  menunggu terus di depan rumah menagih buah durennya yang nyelonong ke laman kita

Kilas Balik Dalam Kehidupan

Kisah diatas saya tulis berdasarkan wahyu dari Suhu Felix Tani. Yang mengatakan bahwa rejeki ,jangan ditolak, Memang sih tidak dikatakan secara to the point,tapi hasil dari cara saya mewawancarai Peramal dari Timur pak Rudy Gunawan. Jawaban pak Rudy:"Sah" Entah apa yang sah,pokoknya kata :"Sah ":ini saya jadikan pegangan, Sehingga bila ada yang salah,maka yang salah bukan saya,melainkan pak Felix Tani atau Pak Rudy,yang selalu membisik bisikan sesuatu pada saya dari jarak jauh,yang namanya Clearaudience

Nah, kembali ke judul, menikahi anak orang kaya,belum pasti menjanjikan kenikmatan hidup . Salah seorang anak sahabat saya malahan menyesal telah meninggalkan pacarnya,karena dilamar anak orang kaya raya.Ternyata setelah menikah,baru tahu bahwa tugasnya adalah merawat ibu mertua wanitanya yang sudah alzheimer.  

Tidak ada kebebasan pribadi sama sekali,bahkan dalam acara resmi keluarga ia sama sekali tidak diikut sertakan, Resmi dirinya adalah istri ,tapi dalam praktik nya tak lebih dari pembantu rumah tangga,yang mendapatkan tempat tinggal bagus dan makan enak,tapi tidak digaji

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun