Menjaga Kesehatan Jauh Lebih Berarti bagi Anak, Ketimbang Tinggalkan Warisan
Sudut pandang orang tua tempo dulu adalah bilamana suatu waktu dipanggil Tuhan, setidaknya ada warisan yang dapat ditinggalkan bagi anak anak.Â
Tetapi dalam perlaksanaannya, justru sebagian besar pecahnya perang saudara dalam satu keluarga adalah ulah bagi warisan yang dianggap tidak adil. Apalagi bila orang tua meninggal tiba tiba dan belum mempersiapkan Surat Wasiat. Â
Bayangkan, betapa sedihnya, saat jenazah ayah masih terbaring di rumah, anak-anak bukannya saling merangkul dan saling menguatkan malah berantem gegara rebutan harta warisan.Â
Tanpa perlu menyebutkan nama, rebutan harta ini tidak pandang suku dan agama. Seakan uang adalah segala galanya. Memang tidak semua orang seperti ini, tapi sebagian besar harta warisan bukannya bermanfaat untuk kesejahteraan anak-anak, malahan menjadi sumber petaka.Â
Mungkin orang protes, "jangan mengeneralisir satu kejadian dan menganggap semua orang sama", tentu sah-sah saja dan memang benar, masih ada anggota keluarga yang dapat secara santun membagi harta warisan orang tua mereka. Yang saya ceritakan ini adalah apa yang saya saksikan dengan mata kepala sendiri.
Anak-anak Kami Sudah Tahu Tidak Ada Warisan
Sejak dari masih duduk di SMP, kami sudah memanggil ketiga orang putra dan puteri kami dan menjelaskan bahwa kami akan membiayai studi mereka sesuai kemampuan, tapi selanjutnya tidak ada lagi warisan. Dan tidak satu pun dari anak-anak kami yang protes.
Dan kami berdua memberikan contoh kepada anak-anak, ketika orang tua saya dan orang tua isteri meninggal, kami tidak menyentuh satu senpun harta warisan, baik dalam bentuk tunai maupun dalam bentuk materi apapun. Karena itu, hingga kini keluarga dari kedua belah pihak selalu menghargai kami karena mereka sudah membuktikan bahwa kami sama sekali tidak berniat harta apapun.
Kembali ke Judul
Dengan merawat kesehatan kita sebagai orang tua, maka manfaatnya bukan hanya dapat dirasakan secara pribadi tapi juga oleh anak mantu dan cucu-cucu kita.