Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menulis Humor Berpontesi Mengradasi Branding?

1 September 2020   09:52 Diperbarui: 1 September 2020   09:48 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok.pri /padang pasir merupakan tempat yang paling tepat menyadarkan kita,betapa kecilnya diri kita dihadapan mahakarya Tuhan

Perlu Merenungkan Dengan Tenang
"Selamat pagi Opa Tjip. Mohon maaf kalau saya lancang menyampaikan isi hati saya. Selama ini Opa Tjip merupakan sosok panutan bagi generasi muda, khususnya bagi saya dan keluarga. Karena sosok orang tua yang sarat pesan pesan moral merupakan branding yang tersemat di belakang nama Tjiptadinata Effendi. 

Tapi belakangan ini, kami sungguh kaget dan sejujurnya kecewa,karena Opa Tjip ternyata ikut terbawa arus menuliskan tentang humor.Bukan sekali dua, tapi sudah berkali kali.

Rasa bangga kami memiliki sosok panutan di Kompasiana  akan pasangan tertua yang sama sama menjadi Penulis di Kompasiana, menyurut..Sungguh kami amat menyayanginya. Padahal tulisan Opa Tjip tentang kehidupan disharekan di berbagai media, karena dinilai sarat dengan inspirasi dan motivasi yang ditulis berdasarkan kejadian nyata. Opa Tjip, bukankah tulisan humor tersebut hanya tulisan yang tidak memiliki nilai pelajaran hidup? Mohon maaf sekali lagi telah lancang menyurati Opa Tjip. 

Jawaban saya 

Cucunda yang kami sayangi, Terima kasih sudah meninggatkan. Dan tidak perlu merasa sungkan ,apalagi merasa bersalah. Kita semuanya saling berbagi dan saling mengingatkan,termasuk untuk Opa, Karena sekalipun usia Opa sudah 3 kali lipat usia cucunda, tapi tetap saja tidak luput dari berbagai kelemahan. 

Komentar cucunda, Opa muat dalam tulisan Opa ya,tentu tanpa menuliskan nama cucunda. Mungkin ada masukan dari teman teman lainnya, yang berguna untuk kita semuanya,Apakah benar menulis tentang humor berpotensi mengradasi branding yang sudah dibangun selama puluhan tahun? Kalau memang benar bisa mengarah kesana,maka dengan setulus hati Opa akan mengikuti saran cucunda,untuk tidak lagi menulis di kanal humor.

Salam sayang selalu dari Opa dan Oma ya.

Sebuah Bentuk Kepedulian Terhadap Sesama Penulis

Ungkapan hati dari salah seorang Penulis muda di Kompasiana ini,tentu patut menjadi perhatian,bukan hanya dari diri saya pribadi, tapi boleh jadi perlu menjadi renungan bagi semua Penulis di Kompasiana ini. Menerima saran dan kritikan dari siapapun, merupakan salah satu alur untuk meraih aktualisasi diri. Karena secara tanpa sadar, boleh jadi ada yang tergerus dari sikap yang seharusnya,lantaran mengikuti trend dalam menulis.

Kalau saran dan kritikan terus di jawab dengan: "Maaf, kalau anda tidak senang, ya jangan dibaca, itu saja kog repot", maka kalaulah begini cara kita menyikapi saran dan kritik, maka kita tidak akan pernah lagi dapat memperbaiki diri, karena sudah menutup pintu untuk itu.

Hidup itu memang merupakan proses pembelajaran diri tanpa akhir, dengan jalan membuka pintu hati untuk menerima saran dan kritik dari siapapun, termasuk dari orang yang seusia cucu kita. Kalaulah saran dan kritkannnya benar, maka kita tidak usah malu untuk mengakuinya. Dalam hal menulis humor ini, saya masih butuh cooling down untuk merenungkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun