Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pengalaman Pribadi Saat Mati Suri

26 Agustus 2020   19:41 Diperbarui: 28 Agustus 2020   00:13 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekedar Berbagi Cuplikan Kisah Hidup

Kosa kata "mati suri" bisa menimbulkan debat berkepanjangan bagi orang yang merasa ahli di bidang medis.

Ada yang bilang, mati suri tidak sama dengan "koma" dan ada juga yang bilang bahwa hal tersebut hanyalah perasaan yang bersangkutan saja sehingga terjadi halusinasi. Yakni menyangka bahwa benar benar hal tersebut terjadi, padahal sesungguhnya adalah semacam halusinasi belaka

Dari segi medis, kondisi mati suri disamakan dengan near death experience (NDE) alias pengalaman mendekati kematian.

Dalam keadaan ini, biasanya detak jantung seseorang sudah tidak terdeteksi namun otaknya masih berfungsi meskipun dalam tingkat yang sangat rendah.

Latar belakang saya hanya kuliah di jurusan bahasa dan sama sekali tidak pernah menyentuh hal-hal yang ada hubungannya dengan ilmu pengetahuan tentang medis.

Jadi tulisan ini semata-mata hanya sebuah kisah hidup. Bagi yang tidak percaya anggap saja baca dongeng dan bagi yang percaya tentunya terima kasih.

Kembali ke judul...

Seperti yang sudah pernah saya ceritakan, di kampung halaman saya disebut sebagai "manusia berjiwa kucing" karena berkali-kali menghadapi maut, tapi izin tinggal di dunia diperpanjang terus oleh Sang Pemberi Kehidupan, Tuhan Yang Maha Pencipta.

Nah, singkat cerita suatu ketika saya jatuh lagi dari pohon jambu. Tapi kali ini jatuh dengan posisi kepala menghantam tanah, karena pada saat saya dalam posisi menungging akan mengambil jambu yang ranum di ujung dahan, tetiba dahannya patah.  

Pada saat kepala saya menghantam tanah dari ketinggian sekitar 3 meter, saya sungguh tidak dapat menceritakan bagaimana rasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun