Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Semua Orang Pernah Jadi Orangtua,Tapi Pasti Pernah Jadi Anak

6 September 2020   08:12 Diperbarui: 6 September 2020   08:35 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup Adalah Proses Pembelajaran Diri Tanpa Akhir

Bahwa tidak semua orang pernah menjadi orang tua adalah fakta yang tidak terbantahkan. Boleh jadi karena memang merupakan pilihan pribadi untuk tetap  menyanyikan lagu yang sama seumur hidup yakni :" Aku masih sendiri " ,tapi ada juga yang tidak  pernah menjadi orang tua ,karena faktor broken heart dan  penyebab lainnya yang tidak mungkin diulas disini secara mendetail.Tapi satu hal yang pasti adalah bahwa kita semua pernah menjadi seorang anak,suka ataupun tidak suka.

Tentang menjadi anak siapa, tentu kita diberikan hak untuk memilih. Karena itu ada yang jadi anaknya Jokowi ,presden RI ,ada juga yang jadi anaknya tukang bakso dan seterusnya. 

Secara pribadi saya terlahir dari ayah kusir bendi dan ibu yang hanya tamatan madrasah di kampung. Tapi saya tidak pernah menyesalinya. Seandainya saya akan  dilahirkan kembali,maka saya tetap akan memilih terlahir dari ayah dan ibu yang sama.  Karena kedua orang tua kami adalah sosok sangat sederhana dan hanya tamatan Madrasah di kota kecil Payahkumbuh,tapi telah memberikan contoh teladan bagi kami anak anak

Contoh Teladan yang didapatkan dari kedua Orang Tua Kami

Dari ayah kami almarhum :

  1. disiplin diri 
  2. kerja keras
  3. kejujuran

Dari ibunda alm:

  1. siap berkorban untuk anak anaknya
  2. selalu menepati janji
  3. mampu hidup bertenggang rasa 

Dalam Keterbatasan Mampu Menjadi Orang Tua Yang Baik Bagi Anak Anak

Kedua orang tua kami,walaupun hidup dalam keterbatasan, pendidikan hanya setingkat Madrasah di kampung dan pekerjaan ayah kami yang waktu itu hanya Sopir truk dan kemudian alih profesi sebagai Kusir Bendi,tapi telah mampu membuktikan bahwa keterbatasan pendidiikan dan kondisi ekonomi yang morat marit,bukanlah alasan untuk menelantarkan kami anak anak yang berjumlah total 11 orang. 

Berkat contoh teladan dari kedua orang tua kami alm,kami anak anaknya kelak dapat menikmati hidup layak. Pesan moral yang ditanamkan kedalam  jiwa kami adalah :"Menjadi orang tua,harus siap berkorban demi anak anak " Dan hal ini dibuktikan ,oleh ibu kami yang di masa sulit, selalu makan kerak ,agar kami anak anak bisa makan nasi.

Falsafah yang mungkin di era digital ini dianggap sudah kuno dan patut dimuseumkan,tapi bagi kami tetap menjadi falsafah dalam menjalani hidup ini,yakni bahwa kepentingan anak anak kami selalu menempati urutan prioritas utama dalam mengambil setiap keputusan penting

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun