Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hidup ibarat Roda Pedati

12 Agustus 2020   09:42 Diperbarui: 12 Agustus 2020   09:46 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang Hari Ini Berada Dibawah, Boleh Jadi Kelak akan Berada di Posisi Atas

Hidup adalah proses pembelajaran diri tanpa akhir,seperti tersirat dan tersurat dalam quote:" Learn from the cradle to the grave" Belajar sejak dari buaian hingga keliang lahat"Semua orang sudah mengetahui hal ini,bahkan mungkin tidak sedikit yang mengantung quote ini di dinding kamarnya. Sayangnya kebanyakan hanya dijadikan pajangan yang enak dilihat,tapi tak tersentuh untuk memahami dan mengaplikasikannya dalam perjalanan hidup.

Hari Ini Kuli 10 Tahun Lagi Boleh Jadi Lebih Sukses Daripada Kita

Ada begitu banyak contoh dan saksi hidup disekeliling kita. Dikampung halaman saya ,ada seorang pengusaha sukses dan kaya raya . Rumahnya besar dan megah . Tapi sayang sekali saking kayanya,sehingga menganggap orang lain,khususnya yang miskin tidak perlu dihargai. 

Kalau datang bertamu kerumah orang, pak Angkuh, cukup membunyikan klakson mobilnya yang mewah dan tuan rumah yang keluar mendatangi .Ia sama sekali tidak turun dari kendaran dan hanya membuka kaca kendaraan untuk berbicara. Karena tuan rumah yang bersangkutan membutuhkan pekerjaan dari Pak Angkuh,maka pelecehan ini terpaksa diterima .

Saya pernah bekerja pada Pak Angkuh, tapi karena tidak tahan dibentak bentak dan diperlakukan sebagai jongos,maka hanya 3 bulan,saya langsung minta berhenti. Setelah itu ,saya tidak pernah lagi berurusan dengan Pak Angkuh

15 Tahun Kemudian

Tahun 1990 kami pindah ke Jakarta dan tinggal di  Bintaro Jaya. Karena belum hafal jalan jalan di Jakarta, maka diawal tinggal ,kalau mau kemana mana kami menggunakan taksi. Suatu hari dari Bintaro Jaya,saya dan istri akan  ke salah satu bank dan menunggu taksi yang sudah dipanggil.

Ketika taksi tiba dan kami masuk kedalam taksi,tetiba sangat kaget,karena Sopirnya adalah sosok yang sangat saya kenal,yakni pak Angkuh. Tampak sangat gugup dan grogi. Tapi akhirnya sambil mengemudikan taksi yang disopirinya,pak Angkuh bercerita bahwa perusahaannya bangkrut dan rumahnya yang mewewah sudah disita bank,karena tidak mampu mengembalikan uang pinjaman. Karena merasa malu ,ia memutuskan pindah ke Jakarta Dan karena tidak punya modal lagi, untuk menghidupi keluarga ia jadi sopir taksi.

Walaupun saya pernah dibentak bentak,sewaktu menjadi karyawannya, tapi hati saya terenyuh menjaksikan betapa sosok pak Angkuh yang dulu gagah dan tegap.kini tampangnya sayu dan kurus. Setelah tiba ditempat tujuan,maka saya menyalami pak Angkuh dan menitipkan ala kadarnya di dalam tangannya. 

Menceritakan Aib Orang tentu saja merupakan hal yang sangat naif. Karena itu saya tidak menyebut nama aslinya dan dimana ia tinggal di Padang semasa masih jaya. Kita belajar tidak hanya dari kesuksesan seseorang,tapi juga dari kegagalan .Karena keduanya adalah pelajaran hidup yang sama pentingnya. Agar jangan pernah menganggap remeh orang kecil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun