Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Nyata Menjelma Jadi Legenda

31 Juli 2020   19:14 Diperbarui: 31 Juli 2020   19:18 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang Dulu Legenda, Kini Jadi Nyata

Di era saya dilahirkan berkirim surat dalam hitungan detik dianggap tahayul dan hanya ada dalam legenda. Karena pada waktu itu untuk mengirim surat dari kota ke kota lainnya bila dikirimkan via pos ekspress paling cepat bisa tiba di tempat tujuan selang 24 jam. api kini dalam hitungan detik dan  tanpa perlu kemana mana,setiap orang bisa berkirim kabar dengn menggunakan ponsel.

Begitu juga, tempo dulu,ada legenda tentang Ali Baba dan 40 penyamun dimana ketika Ali Baba berteriak "Sesam buka pintu" maka pintu gua terbuka dengan sendirinya, Sewaktu saya masih duduk di SD sekitar tahun 1950 an,kisah ini hanya sebatas legenda. Tapi sejak tehnologi digital merajai dunia,maka setiap orang bisa melakukannya.

Dari Nyata Menjadi Legenda

Akan tetapi perubahan juga berlaku sebaliknya, yakni dari hal yang dulunya sangat nyata dan aktual, sejak  peralihan zaman,maka apa yang dulunya nyata,kini menjelma menjadi legenda. misalnya, "Home Sweet Home"

Home sweet home hanya dirasakan oleh orang orang yang terlahir sebelum digital merampas semua kemesraan ini.  Malam hari seluruh anggota keluarga berkumpul untuk makan bersama. 

Pada masa itu belum ada HP dan bahkan telpon hanya ada dirumah para pejabat dan orang orang kaya saja. Kami sekeluarga duduk menghadapi sepiring nasi dengan masing masing sepotong ikan asin dan setengah sendok sambal terasi. Dari total kami bersaudara 11 orang dari satu ayah dan satu ibu tersisa pada waktu itu 9 orang karena dua orang adik kami tidak mampu bertahan hidup dalam minimnya kehidupan. 

Ayah saya adalah seorang Sopir truk dan kemudian alih profesi sebagai Kusir Bendi agar dapat selalu berada bersama keluarga. Sedangkan sebagai sopir truk yang mengantarkan barang barang keluar daerah,hanya bisa bertemu keluarga seminggu sekali.

Walaupun hanya makan dengan sepiring nasi putih dan sepotong ikan asin, tapi suasana kekeluargaan pada masa itu sungguh sangat terasa. Kami saling bercerita tentang berbagai masalah hidup, baik tentang pekerjaan,maupun tentang berbagai problema kehidupan yang dialami selama seharian.

Zaman Berubah Home Sweet Home Tenggelam 

Suasana home sweet home ini terus kami rasakan hingga kami semua menjadi dewasa. Tapi semenjak masing masing sudah berkeluarga, maka secara perlahan tapi pasti bahtera yang bernama Home Sweet Home ini tenggelam ditelan berbagai kesibukan terhadap keluarga masing masing.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun