Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memutar Ulang Lagu Lama Apakah Salah?

26 Juli 2020   05:08 Diperbarui: 26 Juli 2020   05:21 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sebuah Kritik Diri dan Sekaligus Pembelaan 

Hidup itu penuh dengan plihan demi pilihan. Sejak dari mulai membuka mata di pagi hari,kita sudah dihadapkan pada sebuah pilihan,yakni tetap melanjutkan tidur ataukah bangun dan bersyukur bahwa kita masih hidup ? Selanjutnya  pilihan lain adalah begitu bangun,terus mandi ataukah langsung menghadap "tuhan" ciptaan manusia,yakni gawai yang sudah membius dunia? Masih dilanjutkan dengan pilihan lain yakni mulai menyapa pasangan hidup kita dan anak anak ataukah merasa lebih penting menyapa istri atau suami orang lewat Hape yang ada ditangan?  Dan seterusnya dan seterusnya ,hingga mentari condong dan malam tiba . Setiap orang secara bebas mendapatkan kesempatan untuk memilih dengan catatan :"Setiap pilihan  selalu diikuti dengan resiko " yang merupakan satu paket. Tidak ada pilihan tanpa resiko. Contoh aktual :" tidak mau makan,berarti siap untuk lapar"

Kembali ke Judul

Ada banyak lagu lama,yang selalu diputar ulang. Misalnya lagu :"Bengawan Solo, Selendang Sutra, Bandung Selatan ,Doa dan Restumu" dan seterusnya . Masih ada lagu lagu daerah,seperti :"Takana jo kampuang" atau "Minangkabau tanah nan den cinto" ,lagu Butet. Sing Sing So ,Angin Mamiri dan seterusnya. Tidak ada yang melarang kita menyanyikannya  ,walaupun suara kita serak serak parau,selama tidak menyanyikannya di telinga orang .

Atau boleh juga di analogikan pada nasihat yang terkesan usang .Misalnya :"Kejujuran adalah mata uang yang berlaku universal." ,Jangan ada dusta antara kita, Jangan ada dendam dan kebencian.,yang merupakan nasihat usang ,tapi rasanya masih tetap uptodate untuk diulangi lagi dan lagi

Resikonya :

Resikonya,yang mau mendengarkan lagu lagu "kuno" tersebut sangat sedikit,karena di era terkini mayoritas orang senang lagu yang hot hot. bukan lagu yang bernada "nina bobok",yang boleh jadi bagi generasi muda,merupakan lagu yang memuakkan dan jangan berharap akan ada tepuk tangan ,seperti kalau menyanyikan lagu lagu pop atau rock n roll 

Kilas Balik Dalam Menulis

Walaupun beda ruang dan beda cita rasa,analogi ini dapat diterjemahkan dalam dunia tulis menulis. Setiap orang bebas menulis sesuai passionnya,selama mengikuti kaidah kaidah yang ditetapkan oleh Admin. Kalau mau menulis dengan gaya:" suka suka gua " tentu bukannya  tidak boleh,tapi menulisnya di catatan harian atau diblog pribadi kita,bukan diblog milik orang lain.

Nah,menulis ulang atau istilah terkini "re-write " tulisan tulisan yang terkesan kuno dan berisi nasihat nasihat yang mungkin bagi mayoritas pembaca adalah bagaikan nasi basi, resikonya  adalah sepi dari pembaca. Kalau mau banyak jumlah pembaca,maka tulislah sesuatu sesuai trend masa kiini. Kita tinggal memilih,mau menulis sesuai passion dengan resiko sepi pembaca,tapi menghadirkan kelegaan di hati . Atau memilih jalan lain. Tidak satu jalan menuju ke Roma,maka begitu juga tidak satu jalan untuk menjadi seorang Penulis . The choice is yours,but your choice is your life" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun