Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pakai Masker Sudah Susah, Apalagi Hidup Pakai Topeng

22 Juli 2020   09:23 Diperbarui: 22 Juli 2020   10:53 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mari Kita Jalani Hidup Apa Adanya

Bukan hanya kita ,tapi hampir semua orang di dunia,sudah merasakan,betapa merepotkan hidup dengan mengunakan masker. Apalagi bagi yang ingusan,harus membawa persediaan masker dalam tasnya,agar bila sudah tercemar oleh ingus,langsung bisa diganti. 

Bayangkan,untuk ngomong saja harus diulangi beberapa kali agar orang dapat menangkap apa yang dimaksudkan,.Apalagi mau berbicara berbisik bisik 4 mata.Yang keluar dari mulut mungkin kata Selamat,tapi yang didengar orang boleh jadi Selam . 

dokpri
dokpri
Kembali Ke Judul

Karena kita sudah merasakan bahwa hidup dengan menggunakan masker sungguh sangat merepotkan dan menyebabkan rasa tidak nyaman,bukan hanya bagi diri kita, tapi juga bagi orang yang berinteraksi dengan diri kita. Apalagi bila hidup dengan menggunakan :"Topeng" ,hanya karena ingin menutupi wajah asli kita. Alangkah nikmatnya hidup apa adanya. Sehingga tidak perlu gonta ganti topeng. 

Biarlah orang tahu,tentang diri kita sesungguhnya.Tentang kelebihan dan kekurangan diri atau tentang masa lalu hidup kita yang kelam. Sehingga orang tidak akan pernah menyesal telah menjalin hubungan persahabatan dengan diri kita.

dokpri
dokpri
Jangan Sampai Orang Menyesal Pernah Bersahabat Dengan Kita

Bila kita selalu menampilkan sisi positif dan cemerlang dari diri kita dan berusaha menutupi masa lalu kita yang kelam,bahwa dulu kita pernah jadi kuli atau dulu pernah utang sebungkus nasi nggak bisa bayar dan hanya menampilkan bahwa diri kita kini sudah hidup mapan.

Maka suatu waktu ketika topeng kita terbuka,maka pada saat itu orang akan menyesal pernah bertemu dengan kita. Seperti lirik lagu yang sentimentil.:"Bukan perpisahan yang kutangisi,tapi pertemuanlah yang kusesali"

Biarlah orang tahu bahwa diri kita dan boleh jadi keluarga kita bukanlah orang orang yang sempurna,tapi hidup dengan segala kelebihan dan kekurangan diri.  Bahwa disamping kelebihan yang ada pada diri kita, sekaligus banyak kekurangan atas diri kita dan keluarga kita. Sehingga bila suatu ketika  orang mengetahui kisah tentang kekurangan  diri dan keluarga kita dari orang lain,maka  ia  masih tetap mau menjadi sahabat kita,maka ia tidak akan pernah menyesal bersahabat dengan kita. Karena kita tidak pernah mengawali persahabatan dengan kepalsuan atau dengan memalsukan jati diri sesungguhnya 

Alangkah eloknya tampil apa adanya:" Inilah diri saya,dengan segala kelebihan dan kekurangan diri "Kalau orang masih mau bersahabat dengan kita,tentunya puji syukur kepada Tuhan . 

Sebuah renungan kecil di pagi hari

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun