Tentang Ujian Terberat Yang DialamiÂ
Malam ini saya sedang berusaha menjawab komentar teman teman ,yang belum sempat saya jawab. Kemudian mulai membalas kunjungan ke artikel teman teman.karena selama dua hari ini, kami pulang kemalaman, sehingga tidak semua dapat dikunjungi Tetiba pandangan mata saya tertuju pada tulisan yang berjudul :"Â Usia Bertambah, Bukan Berarti Harus Kalah" Penulisnya adalah Roselina Tjiptadinata ,istri saya sendiri.Â
Sejak sama sama menulis,kami selalu menjaga diri,agar tidak saling memberikan klik ,walaupun sesungguhnya tidak ada aturan yang melarang,bahwa suami istri tidak boleh saling memberikan penilaian pada tulisan masing masing. Tapi kami berdua sejak awal sudah sepakat,tidak akan saling memberikan point dengan cara mengklik :"Menarik.inspiratif.Aktual atau bermanfaat"Â
Inilah Kutipan Curhat dari istri Saya:
"Ketika saya lagi asyik-asyiknya menikmati berada di puncak prestasi dengan penghasilan fantastis setiap bulan, belum lagi bonus setiap 3 bulan dan travelling ke luar negeri secara gratis, tiba-tiba saya dihadapkan pada suatu hal yang paling berat. Suami menanyakan kesediaan saya untuk meninggalkan pekerjaan dan mengikuti suami keliling Indonesia untuk mengajar.(dikutip dari tulisan berjudul  :" Usia bertambah ,bukan berarti harus kalah")
Saya tertegun baca curhatan ini . Karena telah mengingatkan saya kejadian semasa istri saya masih berstatus sebagai wanita karir,yakni sebagai Financial Consultant di perusahaan AIG -Lippo ,yang berkantor di jalan Suryopranoto, Jakarta.Â
Ternyata Ujian Terberat Bagi Istri Saya Bukanlah Sewaktu Hidup MelaratÂ
Dari curhatan istri saya ,melalui tulisannya di Kompasiana, ternyata bahwa bagi dirinya ,mendampingi suami hidup dalam kemiskinan selama bertahun tahun,bukan merupakan ujian terberat. Tapi justru ujian terberat itu dirasakannya,ketika hidup kami sudah membaik.yakni ketika dihadapkan pada pilihan :"tetap menjadi wanita karir ,dengan penghasilan melimpah " atau "meninggalkan posisi puncak sebagai Top Three dalam perushaan dimana ia berkarya,demi untuk mendampingi suami"
Ternyata, istri saya ,sekali lagi lulus dalam ujian hidup,yang baginya merupakan ujian yang paling berat Yakni dengan ikhlas meninggalkan karirnya dan memilih mendampingi saya mengelilingi IndonesiaÂ
Hal ini semakin melambungkan rasa syukur saya kehadirat Tuhan. Walaupun kejadiannya sudah berlalu hampir 30 tahun lalu,namun kenangan indah ini akan menjadi prasasti dalam hati saya,sepanjang hayat Ternyata bagi istri saya,ujian terberat bagi dirinya,bukanlah ketika harus mendampingi suami hidup menderita selama tujuh tahun ,tapi justru ketika harus meninggalkan pekerjaan di puncak karirnya.