Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Minta Maaf dengan Air Mata Berlinang?

3 Juli 2020   09:34 Diperbarui: 3 Juli 2020   09:36 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: pixabay.com

Jangan Lupa Bahwa Air Mata Itu Bisa Beda Kualitas

Daripada menceritakan tentang orang lain, maka saya lebih suka cerita tentang diri sendiri. Maklum supaya saya dapat perhatian dari pembaca tulisan ini. Pertama kali saya minta maaf adalah di saat usia saya baru 9 tahun. Karena rasanya sudah  pernah saya ceritakan, maka agar tulisan ini tidak dihapus Admin, karena sudah re-write tulisan sendiri secara utuh, maka saya singkat intinya saja. Yakni telapak tangan saya sobek karena tersayat sembilu akibat mencuri bambu dari pagar tetangga. Saya menahan sakit tapi tidak menangis. Baru ketika ayah saya dengan sedih mengatakan,

"Kita memang keluarga miskin, tapi bukan keluarga maling mengerti!?"

Saya baru sadar sudah melukai hati orang tua saya karena sudah jadi maling bambu dan saya menangis

Mohon Maaf Dengan Air Mata Berlinang

Saya mendatangi tetangga saya dan diterima oleh si Encim sambil bertanya "Aduh nak, mengapa tangannya berdarah?"

Dengan air mata berlinang, saya berkata "Encim, saya mohon maaf tadi sudah mencuri bambu Encim, Ini saya kembalikan."

Nah, yang tahu bahwa ketika minta maaf dengan air mata yang berlinang itu adalah jujur keluar dari lubuk hati saya karena merasa bersalah ataukah air mata saya mengalir karena tangan saya terluka, hanya saya dan Tuhan yang tahu. 

Kilas Balik Dalam Kehidupan

Contoh kecil tersebut di atas dapat dijadikan kilas balik dalam kehidupan kita. Bahwa walaupun sama sama minta maaf dengan air mata berlinang, tapi kualitas air mata tersebut berbeda. Yakni air mata yang mengalir karena merasa menyesal karena mungkin kita sudah:

  • merugikan orang lain'
  • melukai hati orang 
  • keliru menuduh orang
  • dan seterusnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun