Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berhasil Mengalahkan Diri Sendiri, Sebuah Kebanggaan Sejati

29 Juni 2020   06:42 Diperbarui: 29 Juni 2020   09:33 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ket. foto: di Padang Pasir /dokpri

Ketimbang Dapat Mengalahkan Orang Lain

Semasa masih remaja, saya termasuk orang yang tidak takut kepada siapa pun. Satu-satunya yang saya takuti adalah Tuhan. Setiap kali dapat mengalahkan lawan dalam berantem, saya bangga.  Sebagai orang yang sejak kecil sudah terbiasa hidup menahan sakit, maka saya tumbuh menjadi sosok yang tidak kenal takut. Bayangkan semasa masih usia 9 tahun, telapak tangan sobek mendalam akibat mencuri bambu dari pagar tetangga. 

Sembilunya yang tajam bagaikan silet membelah telapak tangan saya, tapi saya tidak menangis  Lain waktu, ketika mengejar layangan putus, telapak kaki yang telanjang menginjak besi paku dan tembus hingga keatas. Sakit luar biasa, tapi saya tidak menangis. Maka apalah artinya tinju dan tendangan dari lawan berantem saya. 

Kalau lawan berantem belum mengaku kalah, saya datangi rumahnya sehingga saya mendapatkan gelar " Preman". Tapi itu cerita semasa masih remaja. Semakin bertambah usia, semakin banyak saya belajar dari pernak pernik kehidupan bahwa kemenangan sejati bukanlah ketika dapat mengalahkan orang lain, tapi justru ketika mampu mengalahkan diri sendiri.

Berubah Arah

Ketika usia sudah mulai bertambah, saya mulai menantang diri sendiri,yakni saya ingin membuktikan bahwa saya bisa ke gereja tanpa terputus selama 1000 hari.. Teman-teman menertawakan saya dan bilang, " Hai Lu gila ya? 1000 hari itu 3 tahun tau nggak lu "  Tapi waras dan tahu persis apa yang saya ucapkan  Cemohan teman-teman, justru saya jadikan cambuk diri. Hujan lebat sama sekali bukan halangan bagi saya dan akhirnya dengan penuh rasa syukur, 1000 hari tanpa putus ke gereja,sudah saya lengkapi,Tidak ada yang mengucapkan selamat kepada saya,tapi saya tetap bangga akan diri saya sendiri ,yang sudah mampu menjadi pemimpin untuk diri sendiri. 

250 Hari Bangun jam 04.30 Setiap Hari

Sudah berusia 77 tahun saya mencoba menantang diri, yakni bangun setiap hari selambat lambatnya jam 04.30 pagi. Jam Wekker saya nyalakan pukul 04.35 dan sebelum jam wekker berbunyi saya sudah bangun setiap hari. Yang paling sulit bagi saya adalah saat udara pagi dingin mengigit dan hujan lebat serta badai. Rasanya ada godaan untuk tidur terus, tapi saya tidak mau dikalahkan oleh rasa dingin dan hujan,bahkan ketika rasa kantuk yang amat sangat menggoda saya untuk tidur lagi

Dan dengan penuh rasa syukur, hari ini genap 250 hari saya bangun sebelum jam 04,30 setiap hari tanpa terputus. Dan saya akan melanjutkan tantangan bagi diri saya ,untuk mengenapinya hingga 500 hari.

Bagi orang lain, mungkin hal ini hanya sesuatu yang sepele, tapi bagi saya pribadi adalah suatu hal yang sangat bermakna, yakni mampu mengalahkan diri sendiri. Setidaknya saya sudah membuktikan pada diri sendiri,bahwa usia bukanlah halangan untuk dapat memenangkan pertarungan. Hal ini saya lakukan untuk mencegah,agar usia yang selalu bertambah ,tidak menyebabkan semangat hidup ikut menua

Tjiptadinata Effendi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun