Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Dengan Membuka Hati, Kita Dijauhkan dari Kemunafikan

27 Juni 2020   16:31 Diperbarui: 28 Juni 2020   04:02 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ket. foto: wild flower di York - WA/dok.pribadi

Serta Menghadirkan Iman yang Membumi

Kita sangat sedih menyaksikan betapa ayat-ayat suci dimanfaatkan untuk melambungkan citra diri. Telah berkali-kali terbukti bahwa orang tidak hanya mabuk akibat menegak minuman beralkohol atau mengonsumsi obat obatan secara overdosis, tetapi orang bisa mabuk karena berbagai penyebab lainnya.

Agaknya hal ini merupakan sebuah kekeliruan massal bahwa orang hanya terfokus pada bahaya alkohol dan drug. Karena apapun penyebabnya, mabuk menyebabkan orang akan kehilangan kontrol diri. Dan orang yang sudah kehilangan kontrol diri sesungguhnya tidak ada bedanya dengan orang tidak waras  yang di tangannya memegang golok. Siapapun yang berada di dekatnya akan ditebas, tanpa memperdulikan laki-laki atau perempuan, anak-anak atau orang tua, bahkan bayipun akan dibabat. Karrena sudah tidak tahu apa yang sesungguhnya dilakukannya. Boleh jadi, ia menganggap bahwa semua orang di sekitarnya akan membahayakan dirinya. 

wild-flower-naskah-a-5ef6be4ad541df5a6b010e99.jpg
wild-flower-naskah-a-5ef6be4ad541df5a6b010e99.jpg

ket. foto: menyatu dengan alam.memberikan kelegaan /dok.pribadi

Sekedar Sebuah Contoh

Orang yang mabuk judi, bila kehabisan uang, maka ia akan melakukan apapun demi untuk mendapatkan uang. Kalau perlu ia akan mencuri, membunuh bahkan menjual istrinya sendiri, demi uang. Mengapa? Karena dirinya sudah mabuk uang maka kehilangan kontrol diri dan tega melakukan apa saja, asal hasrat hatinya terpenuhi.  Hal ini juga merembet kepada orang yang mabuk agama sehingga tega melakukan apa saja. Memanipulasi ayat-ayat kitab suci, hanya untuk mendapatkan pembenaran diri. Mudah menghakimi orang, bahkan dengan begitu percaya diri mengkafirkan siapa saja yang diyakini akan menghambat dirinya mencapai tujuannya.

Membuka Hati Menjauhkan Kita dari Kesalehan Sepihak

Dengan  membuka hati, maka kita akan memahami bahwa mustahil dapat mengasihi Tuhan yang tidak tampak sedangkan orang yang berada di depan mata kita dan membutuhkan pertolongan kita sama sekali tidak mampu menyentuh hati kita. Membuka hati sekaligus menjauhkan diri kita dari mabuk ritual yang kosong Karena selama ini, pikiran kita selalu mendominasi dan mengarahkan kita kepada hal-hal yang akan menguntungkan kita tanpa memperdulikan orang lain. Namun dengan membuka hati, maka kita akan menyadari bahwa  kasih itu bersifat vertikal dan horizontal, yakni mengasihi sesama dan mengasihi Tuhan.

Sebagai manusia, mustahil kita akan mampu mencapai kesempurnaan diri, siapapun adanya diri kita Karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan . Tapi setidaknya kita dapat berusaha menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Karena satu perbuatan yang baik jauh lebih berharga ketimbang seribu khotbah yang kosong.

Renungan kecil di akhir pekan

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun