Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pengalaman Pribadi, Pinjam Uang Bunga 30 Persen Perbulan

13 Juni 2020   19:08 Diperbarui: 13 Juni 2020   21:00 930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : pinterest com

Kenangan Pahit Yang Tak Akan Pernah Terlupakan

Pada waktu itu putra kami baru satu orang. Kondisi keuangan kami dalam kondisi parah,karena harus mencicil utang pada tante,akibat rugi dalam berbisnis awal.  membayar sewa kedai ,yang merangkap tempat tinggal kami.dan tentu untuk memenuhi kebutuhan kami sehari harian Putra kami sudah sebulan sakit sakitan ,wajahnya pucat dan sering kejang kejang. Mungkin karena kami tinggal ditempat kumuh, dimana dalam ruangan tikus dan kecoa bebas berkeliaran.

Karena dibawahnya ada kali .Kalau hujan lebat,maka air naik dan menggenangi seluruh ruangan kedai dan segala binatang merayap bebas berkeliaran dalam rumah dan naik ketempat tidur dan merayap dikelambu. Kalau sudah begini ,apalagi yang dapat kami lakukan selain duduk saling memeluk putra kami yang mengigil . Semua perhiasan istri saya sudah dilepas,untuk sewa kedai dan modal jualan kelapa ,sehingga tidak ada lagi yang bisa laku dijual ,Setelan jas yang saya pakai waktu menikah ,sudah lama dijual.Tidak jarang .hanya untuk sebungkus nasi ramas,untuk kami makan bertiga,saya harus berhutang pada Koh Santung,yang jualan nasi di gerebak,yang biasa mangkal di depan Bioskop Purnama pada waktu itu 

Esok harinya,saya ajak istri kerumah ncim yang kami kenal baik dan dikenal  karena cucunya adalah salah satu dari murid kami, Ncim ini dikenal sebagai Rentenir yang meminjamkan uang.  Rumahnya di Jalan Rohana Kudus di kota Padang, Kami sampaikan bahwa kami butuh uang untuk biaya berobat anak kami. Jawab si Ncim, "Boleh, tapi bunganya 30 persen perbulan dan harus dikembalikan paling lama 3 bulan." 

Kami kaget dan terdiam dan kemudian istri saya mencoba minta agar bunganya dijadikan 20 persen saja. Tapi si Ncim bilang:" Itu sudah biasa, kalau tidak bisa ya nggak apa apa".Akhurnya,karena tidak punya pilihan lain,maka kami jadi meminjam 60 ribu rupiah.

Tidak Bisa Bayar Utang Cincin Kawin Dijual

Dengan pinjaman tersebut.kami dapat membawa anak kami untuk berobat dan secara perlahan lahan sembuh. Namun menurut dokter,putra kami harus mendapatkan makanan yang bergizi, agar jangan sampai jatuh sakit lagi. Sementara itu 3 bulan sudah berlalu dan saya tidak mampu mengembalikan uang pinjaman.Maka jalan satu satunya  adalah menjual cincin kawin saya.untuk melunaskan untang ditambah dengan bunga 30 persen x 3 bulan=90 persen.

Sejak saat itu saya bersumpah dalam hati ,bila kelak hidup kami berubah,bila ada yang membutuhkan pinjaman,maka saya tidak akan memungut keuntungan apapun . Kelak ketika nasib kami berubah, maka saya tampil sebagai Sinterklas.Setiap orang yang membutuhkan uang,saya pinjamkan tanpa mengambil keuntungan satu senpun,sesuai sumpah saya. Tapi sayangnya ,semua uang yang saya pinjamkan,tidak satupun yang dikembalikan termasuk yang meminjam dari sahabat baik dan bahkan kerabat kami. 

Sejak saat itu,seluruh urusan keuangan saya serahkan sepenuhnya kepada istri saya. Karena selama saya memegang uang, bila saya menolak untuk meminjamkan,saya merasa bersalah,termasuk ketika perusahaan kami sedang mengalami kesulitan ,karena ditipu sahabat bisnis dalam jumlah yang sangat besar.

Hidup Bebas Utang Piutang Sungguh Sangat Nikmat

Sejak kami memutuskan untuk pensiun,maka kami memutuskan untuk hidup bebas dari utang piutang. Kalau ada yang membutuhkan dan kami ada kelonggaran, maka kami berikan sesuai kemampuan,tapi tidak dalam hubungan utang piutang .Ternyata hidup bebas dari utang piutang sungguh sangat nikmat. Yang tidak mungkin kami bayar adalah utang budi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun