Waktu Tidak Menunggu SiapapunÂ
Sudah 3 bulan dunia diserang pandemi covid 19  dan tatanan hidup manusia diseluruh dunia di porak porandakan. Efeknya mengimbas keseluruh lapisan masyarakat. Walaupun akibat yang dirasakan pasti akan berbeda,sesuai dengan kondisi masing masing  Bagi yang hidupnya sudah berkecukupan,mungkin sudah bosan mondar mandir dalam rumah,nonton tv ,berenang di kolam renang pribadi,makan dan tidurÂ
Tapi bagi yang hidupnya pas pasan, tentu berbeda lagi dalam menghadapi masa masa lockdown selama berbulan bulan .Bolak balik dan mondar mandir dalam rumah yang sempit. perut lapar terpaksa ditahan,karena tidak tega tengok anak istri yang juga belum makan. Mencoba mengambil tunai di Atm,tapi keluar catatan dilayar:"Maaf .saldo anda tidak mencukupi." Pulang dengan lesu dan duduk murung,karena merasa tidak ada lagi yang dapat dilakukan.Â
Bangunlah.Pasti Ada JalanÂ
Bayangkan,selama tiga bulan,duduk murung dirumah ,saling pandang memandang dengan anak istri,dengan air mata berlinang linang. Lalu apa yang diharapkan dari kondisi ini? Nothing ! Duduk murung dan menunggu sesuatu yang tidak jelas ,tanpa berusaha untuk bangun dan mencari jalan,tidak akan mengubah apapun,bahkan semakin hari semakin terpuruk dalam lubang kesedihan.Â
Mari kita tengok anak anak Indonesia yang terdampak Covid 19, di negeri orang,yakni di Australia. Karena selama ini mereka kuliah sambil bekerja paruh waktu ,entah di restoran ataupun ditoko toko roti dan McDonald sejak diberlakukan masa lockdown,mereka di PHK ,Walaupun ada yang mendapatkan uang tunjangan selama tiga minggu gaji dari perusahaan dimana mereka kerja,tapi apalah artinya gaji tiga minggu untuk digunakan selama berbulan bulan?Â
Sewa kamar yang harus dilunasi dan perut yang minta diisi 3 kali sehari  Tapi mereka tidak bisa duduk menangis didalam kamar,karena kalau tidak bayar sewa kamar,akan diusir. Pulang ke Indonesia? Sekali memutuskan untuk pulang,maka kemungkinan besar jalan untjuk kembali kuliah di australia akan tertutup,Maka satu satunya jalan adalah berusaha
Jangan Gengsi
Karena kami selalu aktif dalam setiap ajang pertemuan sesama orang Indonesia dan bergaul dengan tua dan muda,maka banyak mendapatkan info dari anak anak muda Indonesia, yang kuliah sambil kerja di sini. .Antara lain dari Beni,yang tinggal di seputar Joondalup. :"Aman Om,yang penting jangan gengsi gengsian,pasti ada jalan.Â
Saya ajak teman teman keliling komplek, untuk menawarkan jasa cuci mobil. ternyata banyak yang minat Lumayan satu kendaraan di cuci dan dibersikan bagian dalamnya ,dapat 30 dolar per satu kendaraan. Kalau ada yang mau merapikan pekarangannya ,juga ok. Hasilnya setiap hari ,ada saja kerjaan Om , Dan ada kerja,artinya bisa beli makanan hehehe"Â
Senang menyaksikan,bahwa anak anak Indonesia dalam menghadapi kondisi buruk semasa covid 19 ini sama sekali tidak duduki murung dan menangis, bakkan ketika ditawari makanan,mereka bilang ,bisa beli sendiri. Menghadapi masa masa sulit dengan tabah dan ceria,merupakan kekuatan bagi mereka agar mampu bertahan hingga badai corona berlalu. Kemarin dapat telpon dari Beni :" Om Puji Tuhan,restoran sudah buka lagi,saya sudah masuk kerja lagi, " Ada banyak kisah lain,yang tidak mungkin ditulis satu persatu disini
Intinya,dimana ada kemauan ,disana pasti akan ada jalan keluar
Tjiptadianata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H