Sejak dari menikah,kami sudah membagi  wewenang masing masing,walaupun tidak tertulis ,tapi dipatuhi bersama. Saya menjaga marwah istri,dengan tidak pernah mengajak teman  menginap di rumah kami dan begitu juga istri selalu menjaga martabat suami dengan tidak bercanda canda dengan pria manapun,baik verbal,maupun non verbal
Dalam hal mau belanja apa,masak apa dan kebutuhan pakaian dan sepatu bagi istri dan bagi saya, itu sepenuhnya wewenang istri. Begitu juga mau setel tv ,adalah wewenang istri.Â
Tapi kalau dalam hal mengambil keputusan ,baik yang bersifat internal,seperti mau ganti perabot rumah atau mau menyumbangkan barang barang bekas kepada organisasi sosial,selalu dirundingkan terlebh dulu dan decision maker nya  ada ditangan saya.
Begitu juga bila kami ingin berjalan keluar kota atau keluar negeri ,selalu kami rundingkan berdua ,tapi kata akhirnya ada pada diri saya.
Dalam urusan keuangan keluarga,saya serahkan sepenuhnya ketangan istri ,karena istri sudah lulus ujian dalam mengelola keuangan perusahaan dan keuangan pribadi.Â
Malahan sejujurnya,saya tidak  cerdas dalam mengelola keuangan,karena terdorong hasrat hati ingin tampil sebagai Sinterklas .Suami Takut Istri Patut Dicurigai
Menurut saya ,tipe suami takut istri tidak ada. Kecuali ada hal hal yang menekan suami.Antara lain suami:
- menikahi anak boss
- berhutang budi pada mertua
- melakukan tindakan kriminal yang hanya diketahui istri
- menggantungkan hidup sepenuhnya pada keluarga istri
- sakit dan tidak mampu menafkahi diri sendiri
Karena itu,jangan takut mendapatkan stempel :"suami takut istri" ,karena jawabannya ada pada diri kita
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H