Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Depan Kelas Berbicara Lantang

23 Mei 2020   17:37 Diperbarui: 23 Mei 2020   18:17 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi di Depan Umum Tetiba Jadi Kagok?

Sebagai seorang guru, begitu masuk kelas ,dengan suara lantang kita berbicara dari mulai a hingga z, tanpa ada setitikpun keraguan. Dan hal ini berlangsung tidak hanya sehari dua, melainkan sepanjang tahun.

Selanjutnya ketika tiba saatnya hari kenaikan kelas murid-murid, juga tidak ada masalah ketika harus berbicara di depan para orang tua dan wali murid . Sebagai orang yang pernah mengajar di SD dan di SMP selama beberapa tahun, saya sudah mengalaminya. Dan amat yakin, bahwa semua orang yang pernah berkarir sebagai seorang guru ataupun dosen, sudah pernah merasakan hal yang sama.

Ket. foto: talkshow di stasiun TVRI Medan /dok.pri
Ket. foto: talkshow di stasiun TVRI Medan /dok.pri
Berhadapan Dengan Audience yang Tidak Dikenal

Suatu ketika ketika diminta untuk berbicara di depan orang banyak,entah dalam acara ulang tahun teman, yang audiencenya rata-rata tidak dikenal, tetiba kita menjadi tergagap gagap. Keringat dingin mengalir dengan perasaan tak menentu dan ketika usai menyampaikan sepatah kata kepada hadirin. Rasanya bagaikan terbebas dari beban yang mahaberat.

Kalau selama ini mungkin saja kita menganggap bahwa berbicara di depan umum sama sekali tidak masalah setelah mengalami keringat dingin bercucuran baru sadar diri bahwa menjadi "public speaking" bukanlah perkara mudah. Tidak ada orang yang secara serta merta mampu berdiri di podium atau di atas panggung dan kemudian dapat menyampaikan sambutan dengan baik tanpa persiapan yang matang. 

Ket.foto: di Lombok TV /dokpri
Ket.foto: di Lombok TV /dokpri
Berbagi Cuplikan Pengalaman

Setelah meninggalkan kota Padang dan seluruh kegiatan usaha  dan pindah ke Jakarta, cita-cita saya adalah mengelilingi seluruh nusantara dari Sabang hingga Merauke. Untuk mendapatkan kesempatan bagi saya berbaur dengan warga setempat, maka saya mengajar tehnik terapi diri secara alami, tanpa obat dan tidak ada kaitannya dengan hal hal berbau takhayul, serta tidak berhubungan dengan salah satu aliran agama manapun. Singkatnya, tekhnik terapi diri yang bersifat universal.

Sebelum mulai melangkah, maka saya mempersiapkan diri bagaimana untuk berbicara dalam acara talk show di berbagai stasiun televisi. Dan berbicara di depan ratusan audience yang sama sekali belum pernah ketemu. Dan yang hadir pada waktu itu terdiri dari berbagai latar belakang sosial dan pendidikan.

samarinda-tv-5ec9063ed541df4f15247d06.jpg
samarinda-tv-5ec9063ed541df4f15247d06.jpg
ket.foto : tvri Samarinda/dokpri

Hal yang Membutuhkan Kesiapan Diri 

Kenali audience, kepada siapa kita akan berbicara. Karena berbicara di depan hadirin yang terdiri dari kaum muda tentu saja berbeda dengan bila berbiacara di depan orang dewasa 

  • Menguasai bahan yang akan dijadikan topik pembicaran 
  • Fokus dan mampu mengontrol diri
  • Berpakaian rapi dan sesuai dengan tempat dan keadaan. 
  • Melangkah maju,berjalanlah tegak dan jangan tergesa gesa
  • Lakukan eyes contact secara sepintas,dengan jalan "menyapu" seluruh ruangan dengan pandangn mata
  • Ucapkanlah salam dengan suara jelas dan tidak terburu buru
  • Batasi diri ,agar tidak terlibat pembicaran melantur
  • Bila sudah selesai ,ucapkanlah terima kasih dan turunlah dengan tenang dari panggung
  • Pada waktu kita berdiri di depan,seluruh perhatian tertuju pada diri kita.

Tips sederhana ini adalah pemahaman dasar bagi setiap orang yang akan tampil berbicara di depan umum. Walaupun dengan memahami  langkah ini dengan baik, bukanlah berarti secara serta merta bisa langsung menjadi seorang pembicara yang handal. Tapi minimal, dengan menguasai teknik pemahaman yang sederhana ini sudah dapat menghindarkan diri kita dari bahan tertawaan karena sikap kita yang menunjukan sama sekali tidak menguasai keadaaan.

Jangan lupa bahwa 30 detik pertama, orang akan menilai kita. Begitu penampilan kita amburadul, maka selanjutnya apapun yang kita bicarakan, tidak akan didengar lagi.

Artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi sebagai pembicara di lebih dari seratus kota yang tersebar dari Sabang hingga ke Merauke.

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun