Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Mengatur Bagaimana Orang Harus Berkomentar?

7 Mei 2020   08:35 Diperbarui: 7 Mei 2020   09:58 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: https://www.pexels.com/photo

Setiap Orang Berhak Bebas Menyampaikan Ekspresinya.Bukankah Begitu?

Seperti yang sudah pernah saya tuliskan,tetangga kami terdiri dari berbagai suku bangsa. Tetangga disebelah kanan ,Sheilla asal dari Irlandia dan begitu juga suaminya. Sementara tentangga di samping kanan kediaman kami Victor dan Lany, asal Singapore. Dibagian belakang, ada Fred asal Jerman dan istrinya Helga. Sedangkan di depan rumah kami ada Frank asal Kanada bersama istrinya,yang namanya tidak saya ingat  Setiap pagi kami saling menyapa dengan gaya masing masing. Misalnya Sheilla selalu mengucapkan :"Good morning Effendi. How are you today?" 

Sedangkan suaminya,merasa cukup hanya menyapa dengan melambaikan tangan,tanpa berkata satu patah kata. Begitu juga dengan Fred ,yang setiap kali kami berpapasan selalu membuka kaca jendela mobilnya dan melambai tangan.  Kalau istri nya Helga berbeda pula gaya nya.Setiap kali berpapasan bila saya lagi membersihkan kendaraan atau kebun di laman depan,selalu singgah sejenak. Mengagumi kebun sayur mini saya dan bercerita bahwa ia juga senang berkebun,tapi karena sibuk bekerja,tidak sempat mengurus kebunnya dan seterusnya. 

Baru setelah ngobrol sana sini selama lebih kurang 3 menit,baru pamitan ,sambil berucap :"Nice talking with you. Have a wonderful day"  Nah, ucapan ini setiap kali bertemu ,ya diulang itu juga kalimatnya,tapi saya sudah bersyukur,mereka mau menyapa dan berteman dengan kami. Kalau Victor yang asal Singapore,setiap kali lewat di depan kediaman kami hanya tersenyum dan berlalu. Istrinya malah yang melambaikan tangan dengan membuka jendela mobilnya.  Nah,sudah sejak awal,keduanya :"copy paste" gaya yang sama ,bila menyapa saya.Tapi bagi saya sudah merasa dihargai. Walaupun berbeda gaya dan caranya, tapi saya sudah bersyukur,semua tetangga sangat menghargai kami ,dengan saling menyapa,walaupun gaya dan cara yang berbeda beda. 

Saling Berkomentar di Dunia Maya

Kalau boleh dijadikan kilas balik ,masalah saling berkomentar, dalam dunia tulis menulis,walaupun ruangnya berbeda,tapi esensialnya tidak jauh berbeda. Ada yang setiap hari cukup merasa dengan klik :"Menarik" ,tanpa meninggalkan komentar,tapi ada juga yang senang menyapa :" Selamat pagi  pak Tjip. Tulisannya bagus ya. Sudah makan belum ? dan seterusnya . 

Nah, apakah saya boleh mengatur orang  bagaimana harus memberikan komentar? Kalau hal ini saya lakukan,maka saya yakin tidak akan ada lagi yang mau berteman dengan saya,karena merasa kebebasannya untuk mengekspresikan komentarnya ,diatur atur.Bukankah seharusnya kita sudah harus bersyukur bahwa ada teman teman yang mau membaca dan meninggalkan klik :"menarik " atau "inspiratif " dan seterusnya?" Kalau kita sudah beberapa kali berkunjung dan meninggalkan komentar,tapi tampaknya yang empunya tulisan sama sekali tidak merasa perlu menghargai kunjungan kita, karena tulisannya sudah punya kapling di HL,maka kita dapat saja dengan bebas melakukan lockdown terhadap orang semacam itu.Tapi tentu tidak ada hak kita untuk bikin tagar# lockdown si badu",hanya karena kita merasa tidak dihargai

Merasa Diri Hebat? Bersyukurlah Tapi Jangan Lupa Diluar Ada Jutaan Orang Yang Jauh Lebih Hebat Dibandingkan Kita

Kalau kita merasa diri hebat ,ya bersyukurlah.Tapi tidak perlu kita mendiktekan orang ,bagaimana harus menulis dan bagaimana harus menyampaikan komentarnya,kecuali memang pendapat kita diminta. Kalau mau menuliskan pengalaman hidup kita ,maka tentu hal tersebut merupakan hak kita, tapi kita tidak berhak melakukan intervensi ,bagaimana orang harus menyapa kita. 

Sebagaimana ada yang memanggil saya: "Pak Tjip",Opa, Om. ,bahkan ada yang memangglil saya mas atau Mamak dan seterusnya, tidak menjadi masalah,kecuali ada yang memanggil saya: "tante" maka tentu perlu saya koreksi. Merawat hubungan pertemanan butuh waktu panjang,tapi merusakkannya cukup hanya dalam hitungan detik. Bukankah begitu ?

Salam persahabatan

Tjiptadinata Effendi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun