Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Pernah Mencintai Setengah Hati

8 Mei 2020   13:23 Diperbarui: 8 Mei 2020   14:06 617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : https://depositophotos.com

Setiap Orang Berhak Memiliki Makna Cinta 

Cinta tidak melulu antara sepasang muda mudi yang lagi dimabuk cinta. Karena ada cinta  kepada Tuhan, cinta antara suami istri, cinta  kepada orang tua,cinta kepada anak cucu, cinta kepada tanah air, Cinta pada pekerjaan dan seterusnya. Yang kalau mau dijadikan bahan diskusi, mungkin butuh waktu panjang dan bisa berakhir seperti debat kusir yang tidak ada gunanya. Karena untuk memahami bahwa cinta kepada orang tua atau cinta kepada anak anak kita tentu saja berbeda dengan perasaan cinta kita kepada pasangan hidup kita masing masing.

Cinta Setengah Hati Hanya Menjadikan Kita Sebagai Pengikut 

Ada orang yang berpendapat:

  1. yang penting saya ikut
  2. yang penting nama saya ada dalam daftar
  3. yang penting saya lulus
  4. yang penting saya ada pekerjaan
  5. dan seterusnya

Sikap mental semacam ini, bilmana dibiarkan berlarut larut,maka akan sangat mempengaruhi kehidupan kita ,secara keseluruhan. Karena dari prinsip yang tersemat diatas sudah kentara bahwa Pemiliknya adalah orang yang bersikap setengah hati. 

Yakni, kalau ditanya orang jawabannya "Ada" . Tak terpikirkan untuk meraih menjadi yang terbaik ,karena tidak memiliki kegairahan hidup. Sehingga begitu menghadapi sediki saja masalah akan mundur.

Sudah Saatnya Untuk Mengubah Sikap Mental

Seandainya, secara tanpa sadar memang merasa diri sudah terjebak pada pola hidup" yang penting ada" atau "yang penting hadir", maka jangan tunggu hingga semuanya menjadi terlambat. Mulailah dengan mengubah sikap mental yakni dengan mengubah persepsi tentang hidup. 

Ada pribahasa yang mungkin sudah dianggap kuno, tapi sesungguhnya masih tetap relevan untuk diaplikasikan dalam hidup kita di era digital ini Yakni: Kita makan untuk hidup,tapi kita bukan hidup untuk makan" Sebuah kalimat sangat sederhana, namun memiliki falsafah hidup yang mendalam Intinya adalah " Percuma saja kita hidup,bila hanya untuk makan".

Kedengaranya sangat vulgar dan kasar tapi terkadang kita memang harus "dicambuk" agar bisa bangun dan sadar diri, agar jangan membiarkan diri kita terhanyut dalam menjalani hidup dengan setengah hati. Karena apapun yang dilakukan dengan setengah hati, pasti tidak akan berhasil secara maksimal, termasuk dalam kehidupan berumah tangga.

Ada lirik lagu yang dinyanyikan oleh Nat King Cole :" When I fall ini love...it will be completely ...or ...I never fall in love ..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun