Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Label "Keluarga Miskin" Sama dengan Kemanusiaan yang Adil dan Berabab?

29 April 2020   04:35 Diperbarui: 29 April 2020   04:34 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: http://mataairradio.com

Pancasila Sudah Ternoda 

Virus Corona telah  berhasil mengerogoti tubuh fisik manusia,bahkan berhasil merengut paksa orang dari keluarganya secara sadis dan tidak berperikemauniaasn,karena memang namanya virus,tidak mungkin memilki tenggang rasa.Corona juga telah memporak porandakan tatann hidup manusia di dunia.

Buktinya:

  • Orang orang yang biasanya sangat santun,tiba tiba berubah jadi ganas dan egoisme ketika terjadi panic buying
  • Merobek robek topeng yang selama ini melekat dan menampakkan karakter asli manusia
  • dan seterusnya 

Belakangan ini ,malahan Virus Corona telah sukses mengikis habis tenggang rasa dan menodai Sila Kedua dari Pancasila yakni:

"Kemanusiaan yang adil dan beradab" Bayangkan  ,belum usai masalah "makanan anjing",kini disudul dengan stiker:"Keluarga Miskin"yang amat sangat melukai dan menodai hati .Mengapa hal ini harus terjadi?  Konon,negeri kita tidak mengenal :"kasta" dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara,tapi apa arti label :"keluarga miskin "ini?

ilustrasi: http://mataairradio.com
ilustrasi: http://mataairradio.com
Racun dan Madu

Kalau boleh dikatakan, memberikan bantuan kepada orang miskin dengan terlebih dulu disuruh menghina dan melukaihatinya,baru diberikan bantuan ,tak ubahnya bagaikan orang diberikan racun ,baru diberikan madu. Konon negeri kita adalah orang yang hidup rukun dan damai tanpa mengenal kasta dalam menjalani hidup. Mungkin secara tersurat memang tidak ada kasta,tapi bukankah saat ini ,dengan melabel :"keluarga miskin" praktik kasta secara resmi telah direstui?

Tulisan ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan hal yang berbau politik,tapi semata mata,ikut menangis membaca bagaimana orang diwajibkan menghina diri dan keluarganya,sebelum menerima bantuan yang tak seberapa. Sebagai orang yang terlahir dari keluarga miskin dan pernah tujuh tahun hidup dalam kemiskinan,bukan hanya sedih,tapi kalau boleh jujur,juga geram menyaksikan semuanya ini

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun