Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Berada Dipersimpangan Jalan Hidup

27 April 2020   21:34 Diperbarui: 27 April 2020   21:41 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: deposito.photo.com

Jangan Sampai Salah Memilih

Pesan ayah saya sewaktu saya masih berusia 9 tahun,masih terus saya ingat hingga hari ini,yakni :"Kita memang miskin,tapi kita bukan keluarga maling,mengerti !" Hal ini dikatakan ayah saya alm.ketika memarahi saya kedapatan mencuri bambu dari pagar tetangga ,untuk dibuat layangan. Pada masa itu,jangankan untuk beli layangan ,untuk makan saja kami sudah susah. Ayah saya yang bekerja sebagai Sopir truk ,harus kerja keras siang malam demi untuk membiayai hidup kami yang total 11 orang bersaudara .

Luka sobek yang dalam,akibat tersayat sembilu dari patahan bambu tersebut,walaupun sudah berlalu 68 tahun lalu,masih jelas membekas ditelapak tangan kiri saya. Itulah pertama kali saya mencuri dan sekaligus terakhir kalinya. Kelak,betapapun sulitnya kehidupan yang kami lalui,saya selalu ingat pesan almarhum saya saya:"Kita bukan keluarga maling"

Jangan Hidup Seperti Sampah

Pesan lain yang saya selalu ingat adalah dari Pak Yunus ,sewaktu saya masih kerja di Pabrik Karet di pinggiran kota Medan,pada tahun 1966 .Pada hari pertama saya diangkat jadi Kepala Gudang, Pak Yunus yang menjadi mandor disana,mengajak saya ke pinggir sungai .Pada awalnya saya heran,mengapa saya diajak kejembatan di pinggir sungai. Tapi baru beberapa saat kami berdiri disana,ketika ada sampah dan bangkai ayam yang hanyut,maka pak Yunus mengatakan kepada saya :"Kau tengok apa yang hanyut itu?"

Walaupun hati saya masih penuh tanda tanya ,saya jawab:"Sampah dan bangkai ayam Bang" 

"Kau ingat ya,bila kau bekerja disini mengikuti arus ,maka kau sama dengan sampah dan bangkai ayam tadi !" kata pak Yunus memandang saya dengan tajam. Walaupun sejujurnya saya belum menangkap apa maksud sesungguhnya,tapi demi menghormati pak Yunus,maka saya menjawab:" Mengerti Bang" Dan kemudian kami kembali ke gudang

Belakangan baru saya paham,mengapa pak Yunus menasihati saya dengan keras dan tajam.Karena dalam kapasitas saya sebagai Kepala Gudang ,saya diberikan wewenang untuk menimbang karet yang masuk dari para pelanggan dan sekaligus menentukan kualitasnya. 

Berdasarkan Bon Gudang dan catatan yang saya tulis,maka pemilik barang dapat menguangkannya di kantor. Saya diajak untuk bersekongkol oleh salah seorang pedagang ,dengan cara mengubah angka timbangan dan menaikan tingkat mutu barang,dengan menyelipkan segepok uang dalam saku saya.

Tapi saya tidak mau jadi sampah dan bangkai ayam,maka saya tolak ajakan untuk melakukan kesepakatan jahat tersebut. Karena tidak mempan membujuk saya,maka pedagang tadi menjumpahi saya dengan kata kata:" Jadi kuli lah kau seumur hidupmu Aseng, Ada kesempatan untuk mengubah nasib,tapi kau tolak ,belagu benar kau ini bah!" katanya dengan mata melotot'

Sumpah Serapah Berubah Jadi Berkat Bagi Saya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun