Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hasrat Hati Bertemu Belahan Jiwa, Kandas

12 April 2020   20:17 Diperbarui: 12 April 2020   20:38 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi Gegara Corona

Melanjutkan studi ke luar negeri bukanlah perkara mudah ,apalagi ke negara yang bernama Australia. Walaupun punya rekening bank yang memadai, bukanlah berarti sudah merupakan jaminan.

Masih ada lagi hasil medical check up, bahwa berbadan sehat dan surat keterangan berkelakuan baik dari Kepolisian Indonesia ,serta semua ijazah yang sudah diterjemahkan oleh penterjemah yang qualify. Apalagi bagi seorang wanita dengan dua orang anak, mengurus semuanya ini bukanlah hal yang dapat dipersiapkan dalam hitungan hari dan minggu,karena butuh waktu berbulan bulan lamanya.

Namun, berkat kegigihannya, wanita yang bernam lengkap Asty Rastiya ini mampu menyelesaikan semua persyaratan yang dibutuhkan, sehingga akirnnya, impiannya untuk melanjutkan study sebagai kandidat PHD di bidang Jurnalisme terwujud, dengan mengambil tempat di Deakin University.

Mengejar impiannya meraih gelar PHD di negeri orang ,bukanlah berarti Asty mengabaikan suami dan kedua anaknya. Bahkan demi cinta kepada keluarga, ia sudah menyewa rumah, serta melengkapinya dengan perabot rumah. Dengan harapan, bila tiba waktunya suami dan anak anaknya tiba, mereka akan menemukan tempat tinggal yang nyaman

Corona Sudah Merampas Kebahagiaan Mereka 

Suaminya sudah mempersiapkan segala sesuatu agar mereka dapat berkumpul kembali di Australia. Bahkan sudah berhenti dari pekerjaannnya dan memutuskan tanggal 22 Maret 2020 akan meninggalkan Indonesia, untuk bertemu istri tercinta bersama kedua buah hati mereka.

Tetapi hanya tiga hari sebelum tanggal keberangkatannya, pemerintah Australia telah mengumumkan bahwa Lockdown diberlakukan. Maka kandaslah impian mereka untuk bisa berkumpul bersama-sama di Australia.

Sebagaimana diberitakan olen abc.net.au ,yang dikutip dibawah ini:

The Indonesian mother of two, who came to Australia to study a PhD in journalism at Deakin University, spent that time renting a house and finding furniture: she wanted the home to be "perfect" for when her husband and two kids jumped on a plane from Indonesia to join her.But the coronavirus pandemic — and the global border closures surrounding it — has thrown Ms Rastiya's plans into disarray.Just like the hundreds of Australians trapped overseas due to nationwide lockdowns and grounded flights, migrant workers and international students have found themselves stuck in Australia, cut off from loved ones and facing economic uncertainty. In Ms Rastiya's case, her husband and children were supposed to fly to Australia on March 22, but the Australian Government's travel ban for non-citizens and temporary residents, announced just three days before their planned departure, meant they wouldn't be allowed in.

Kisah Asty Hanyalah Satu dari Sekian Banyak Kisah Sedih Lainnya
Betapa serangan maut dari Covid-19 ini tidak hanya menewaskan begitu banyak orang, tapi juga merasuk dan merusakan sendi-sendi kehidupan jutaan orang di dunia ini.

Sebelumnya, Kepolisian Negara Bagian New South Wales telah mengumumkan bahwa masa diberlakukannya social distancing akan diperpanjang menjadi 90 hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun