Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Serangan Virus Corona Tak Mampu Menyatukan Manusia

11 April 2020   18:46 Diperbarui: 11 April 2020   18:58 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ket.foto: Hadfield , seorang Pria Kanada ,yang menikahi wanita Cina dan sudah menganggap Cina sebagai kampung halaman sendiri,tak luput dari aksi kemarahan/supplied/abc.net.au

Di Australia Terjadi Diskriminasi terhadap Orang Asia, Kini Warga Cina Lakukan  Hal yang  sama terhadap orang asing

Di saat Australia sedang berperang melawan virus corona yang wabahnya pertama kali berasal dari kota Wuhan, China. Banyak komunitas keturunan Asia di Australia melaporkan serangan rasis terkait COVID-19, khususnya yang berwajah mirip Cina. Walaupun pemerintah Australia telah memperingatkan agar warga Australia jangan melakukan diskriminasi dalam bentuk apapun, tetapi beberapa kejadian terus berlanjut. Sejak pandemi virus corona, warga berpenampilan Asia menghadapi serangan "xenophobia", atau rasa benci terhadap warga asing dari beberapa orang warga Australia.

Kejadian Timbal Balik

Apakah karena berita tentang diskriminasi ini sampai ke negeri Cina ataukah memang secara  spontan keadaan yang sama juga terjadi di negeri tirai bambu ini, sejumlah warga asing di China mengaku mendapat perlakuan diskriminasi dan rasisme, setelah ditemukan banyak kasus virus corona di China berasal dari mereka yang datang dari luar negeri. Pekan lalu, sebuah komik yang beredar di platform media sosial yang populer di China, yakni Weibo, menggambarkan orang asing dibuang ke tempat sampah dengan disertai judul, "Buku Petunjuk Bergambar tentang Menyortir Sampah Asing".

Salah seorang pria asal  Kanada bernama Hadfield yang menikahi wanita Cina serta sudah tinggal selama lebih dari 14 tahun di sini, bahkan sudah menganggap negeri Cina seperti kampung halamannya sendiri, ternyata juga tidak luput dari tindakan dikriminasi semacam ini. 

Sama halnya dengan di Australia, walaupun pelakunya hanya segelintir orang tapi telah menciptakan rasa tidak nyaman bagi warga asing di negeri ini. Rupanya, serangan pandemi coronavirus yang awalnya diprediksi dapat menyatukan seluruh umat manusia di dunia untuk melawan virus ini ternyata tidak seperti yang diharapkan.

Kementerian Luar Negeri China "melarang sementara semua warga negara asing yang memegang visa atau izin tinggal untuk masuk ke China". Padahal menurut data, sekitar 90 persen dari kasus impor COVID-19 di China bersumber dari warga China sendiri yang baru pulang dari negara lain.

Lain Cina ,Lain Pula Amerika Serikat

Presiden AS Donald Trump dituduh telah memicu kebencian terhadap warga keturunan Asia di Amerika dan bersikeras menyebut COVID-19 sebagai "Virus Cina". Komisi Nasional Hak Asasi Manusia Australia mengatakan seperempat orang yang mengadukan perlakuan diskriminasi rasial dalam dua bulan terakhir memiliki kaitan dengan COVID-19

[Sumber]

Kalau wabah Pandemi yang sudah merenggut begitu banyak nyawa manusia tidak mampu menyatukan, apakah mungkin  harus menunggu virus yang jauh lebih dahsyat lagi? Semoga saja jangan sampai terjadi demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun