Bekerja Dari Rumah
Sebelum ada yang komplain atau marah, perlu saya jelaskan bahwa saya lahir di kota Padang pada era Dai Nippon, tepatnya jam 02.00 subuh waktu Dai Nippon.
Karena itu saya berhak menamakan diri saya "Orang Padang", Tetapi saya bukan Orang Minang. Sudah ada aturan yang tidak tersurat tapi tersirat, yakni "Jangan pernah mengaku diri orang Minang, kalau anda bukan Islam" Dan sejak dulu dan seterusnya saya mematuhi dan menghormati aturan yang berlaku.
Sewaktu kecil saya  banyak belajar bahasa Minang dari ayah saya almarhum yang lahir di daerah Labuah Silang di kota Kecil Payakumbuh. Ayah saya hanya tamatan sekolah madrasah dan sehari harian menggunakan bahasa Minang.
Tulisan dibawah ini adalah opini pribadi, bukan hasil kajian dari para ahli. Jadi, bila ada kekeliruan dalam memaknai peribahasa Minang di tulisan ini semata mata adalah kesalahan saya pribadi dan tidak ada kaitannya dengan orang lain ataupun komunitas lainnya.
Kembali ke Judul
Sejak dunia kedatangan tamu tak diundang yakni Dewi Kematian yang bernama Corona, maka seluruh dunia gegap gempita menyambut kehadirannya yang ditandai dengan lahirnya beberapa istilah baru yang belum pernah populer sebelummya.Â
Salah satunya adalah WFH atau Work From Home yang tujuannya meminimalkan penyebaran Virus Corona ini, Intinya adalah mewajibkan orang untuk bekerja di rumah masing masing. Bahwa Work From Home berarti bekerja di rumah, jangan sampai dimaknai sebagai "hari libur"
Mari kita sisihkan waktu barang beberapa menit saja untuk membuktikan bahwa makna sesungguhnya  Work From Home ini sudah ada sejak dulu kala. Hal ini dapat kita simak dari peribahasa dalam bahasa Minang sebagai berikut:
Duduak marauik  ranjau, tagak maninjau jarak
Hari sahari dipatigo, malam samalam diparampek
Duduak marauik ranjau,tagak maninjau jarak
duduak    - duduk