Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mencuri Pakaian di Jemuran, Hukuman Seumur Hidup

14 Maret 2020   12:00 Diperbarui: 14 Maret 2020   15:44 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: http://home.bt.com/lifestyle/wellbeing/men-its-ok-to-cry-11363911122082

Hukum Masyarakat Terkadang Sangat Sadis

Ada banyak aturan yang tidak tertulis,yang tidak dapat dianggap remeh. Karena bila melanggar hukum,boleh jadi pelaku dihukum penjara. Setelah usai menjalani masa hukuman,maka pelakunya bebas merdeka, Tapi tidak segampang itu,bagi aturan yang tidak tertulis,yakni norma norma yang berlaku dalam masyarakat kita. Sekali orang berbuat salah,walaupun tidak melakukan dosa besar,seperti membunuh atau melecehkan wanita,tapi ironisnya hukuman dari masyarakat bisa seumur hidup.Bahkan tidak jarang setelah orangnya mendapatkan gelar almarhum, anak cucu masih harus melanjutkan menjalani hukuman yang dilakukan oleh ayah dan kakeknya. 

Siapa Yang Mau Punya Mantu  Mantan Maling Jemuran?

Salah seorang tetangga jauh kami pada waktu itu,tertangkap tangan  ketika sedang membawa sesuatu dalam kain sarung yang dijadikan buntalan. Seisi kampung keluar dan menjadi beringas ,apalagi ketika buntalan dibuka,isinya adalah pakaian yang dicuri dari jemuran tetangga. Sempat dihajar,hingga dari mulut dan hidungnya mengeluarkan darah,walaupun si pemuda sudah berkali kali minta ampun dan mengatakan bahwa ia melakukan demi untuk membeli obat untuk ibunya yang terbaring sakit, Tapi warga sudah seperti drakula kehausan melihat darah,sehingga terus menghajarnya. Syukur pak RT cepat datang dan mencegah.Pemuda tersebut dibawa ke kantor Polisi dan selanjutnya tidak ada yang tahu berapa lama ia ditahan disana atau apakah maling jemuran ini diperkarakan di pengadilan 

10  Tahun Berselang

Perjalanan nasib seseorang tidak dapat diramal.Begitu juga pemuda yang dulunya pernah jadi maling jemuran,sebut saja namanya Comber,belakangan sukses menjadi pedagang antar pulau.Apalagi pada waktu itu, hubungan antar pulau sangat jarang ada yang berani mengambil resiko,saking sukit dan berbahaya di perjalanan. Singkat kisah, Comber sudah punya rumah yang lumayan untuk ukuran kampung. 

Suatu waktu, melalui ibunya yang sudah sehat, Comber mengutus ibunya untuk melamar gadis yang juga masih tetangga .Tapi ternyata ditolak dengan cara menyakitkan,dengan kata kata :" Maaf bu,lebih baik putri saya  tidak menikah seumur hidup,ketimbang harus bersuamikan  mantan maling jemuran " 

Mendapatkan pukulan batin yang sangat telak,akhirnya Comber menjual rumahnya dan  membawa kedua orang tuanya pindah ke Pekanbaru.Dan sejak itu,tidak pernah lagi ada kabar beritanya. Kisah ini membuktikan bahwa hukuman dari masyarakat,jauh lebih sadis ketimbang hukuman dari negara.Mengapa hal ini terus berlangsung ? Mungkin ada yang tahu jawabannya  ?

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun