Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis Pencapaian di Medsos, Buruk atau Baik?

1 Maret 2020   05:09 Diperbarui: 1 Maret 2020   05:25 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan Seandainya Semua Orang Cerita Tentang Kegagalan !

Kata "pamer" sudah terlanjur mendapatkan stigma negatif, seakan Pamer adalah sebuah kesombongan. Tapi bila dengan pikiran jernih dan hati yang bebas dari rasa iri, kata pamer ini dapat diterjemahkan sebagai memberikan contoh-contoh keberhasilan, agar dapat menjadi inspirasi dan motivasi bagi orang lain.

Seperti halnya bila kita berkunjung ke Pameran Buku yang diadakan oleh Gramedia, disana ada ratusan judul buku yang dipamerkan. Memperkenalkan keberhasilan atau pencapaian dari seorang penulis kampungan, menjadi penulis Best Seller. 

Penulisnya bangga karena hasil karyanya dipamerkan oleh Penerbit arus utama tanpa merasa diri sebagai orang yang angkuh dan sombong.

Dan tidak semua orang beruntung, seperti pengalaman pribadi saya, ketika berberapa tahun lalu, 9 judul buku karya tulis saya yang dinobatkan sebagai Natiotal Best Seller di Jakarta oleh Penerbit PT Elek MEdia Komputindo.

Maka cara lain adalah masing masing orang,menuliskan pencapaiannya di berbagai media sosial atau setidaknya melalui halaman facebook atau instagram.

Terus apakah mereka semuanya adalah orang yang sombong? Tentu saja tergantung dari cara orang menilai.karena kita tidak mungkin dapat menyenangkan hati semua orang

Kawan Kawan ,Tengok Saya ! Dulu Saya Penjual Kelapa ,KIni Saya Tinggal di Australia

Daripada mengambil contoh diri orang lain, saya memilih menjadikan diri sendiri sebagai contoh kasus. Sering menulis, betapa menderitanya kami melalui  masa tujuh tahun hidup bernafas dalam lumpur kemiskinan.

Tapi setelah kerja keras dan cermat serta tidak lupa berdoa,akhirnya nasib kami berubah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun