Uang Perlu tapi Kesehatan Lebih Berharga
Semua orang butuh uang, tapi kesehatan jauh lebih berharga. Â Seperti kata peribahasa "Health is not everything in life,but without health everything is nothing".
Kesehatan memang bukan segala galanya dalam hidup ini, tapi tanpa kesehatan, maka apapun menjadi tidak berarti. Mungkin kita semua sudah pernah bertemu dengan orang yang kaya raya, tapi hidupnya sarat dengan larangan ini dan itu. Makan ditimbang, hindari gula, hindari garam, pagi -siang dan malam harus minum obat dari dokter. Berjalan harus pelan pelan karena kalau agak cepat, nafas sesak dan jantung berdebar keras. Kalau keluar rumah, dompet ketinggalan masih berani jalan terus, tapi  kalau obat yang ketinggalan, maka wajib harus pulang karena tidak pede kalau jalan tanpa bawa obat.Â
Bahkan ada yang lebih parah lagi, sudah tidak bisa berjalan. Hanya tergolek di tempat tidur dan segala sesuatu dari mulai makan minum dan "output" dilakukan di tempat tidur karena memang tidak mampu lagi untuk berjalan. Walaupun usianya mungkin baru 60 tahun. Kalau sudah sampai ketahap seperti ini, hidup semacam apa lagi yang dapat dinikmati?
Banyak orang berpikir "mumpung masih muda, maka harus kerja keras untuk mengumpulkan uang demi masa depan anak anak. Saking terobesesi merasakan nikmatnya dapat mengumpulkan uang,maka orang menjadi lupa diri. Karena, orang tidak hanya bisa mabuk karena minum alkohol, tapi juga bisa mabuk uang. Walaupun penyebabnya berbeda, tapi apapun yang namanya mabuk membuat orang tidak mampu lagi menggunakan pikiran waras. Ada banyak contoh orang  bisa mabuk, walaupun sama sekali tidak pernah menyentuh alkohol, Antara lain mabuk karena:
- uang
- wanita
- popularitasÂ
- kekuasaan
- dan seterusnya
Baru Sadar Ketika Sudah Tidak Berdaya
Seperti biasanya, orang baru sadar bila semuanya sudah terlambat untuk diperbaiki, di antaranya salah satunya adalah sahabat baik kami. Kami sama sama kerja keras sejak dari masih muda dan mulai dari nol besar. Tapi ketika anak anak sudah selesai studinya ,maka saya dan istri mengambil keputusan untuk  mempensiunkan diri sendiri.Â
Tapi sahabat baik, saya terus kerja keras demi untuk meninggalkan warisan dalam bentuk usaha yang sudah settle kepada kedua orang anaknya. Akibat terlalu memaksa diri, Frans jatuh sakit dan mengalami stroke.
Sejak saat itu hingga tahun lalu kami kunjungi di Padang, Frans hanya bisa menangis sambil memegang tangan saya erat erat. Saya ikut terenyuh dan menangis, tapi tidak mungkin saya dapat memikul beban hidup orang lain, walaupun sahabat baik.