Ada Suka dan Ada Dukanya
Bila sesekali pulang kampung, pasti hati kita sangat senang. Seperti sebait lirik lagu, "Kampuang nan jauah dimato, gunuang sansai bakuliliang- den takana jo kawan kawan nan lamo....." . Tapi ternyata yang kita dapatkan tidak semata suasana hati yang penuh suka cita, tapi pada saat bersamaan juga rasa duka mendalam. Karena mendengarkan bahwa banyak teman teman lama yang kini sudah tiada.Â
Ketika kami dikunjungi salah seorang teman semasa di SMA, pada awalnya saking antusias saya mulai bertanya, satu persatu mengenai teman teman kami semasa di SMA. Tapi dalam sepuluh nama yang saya tanya, 9 kali dijawab dengan menggelengkan kepala oleh teman saya  dan mengatakan bahwa mereka sudah lama meninggal.Â
Saya terhenyak dan diam, tidak berani lagi bertanya. Teman saya Ul berkata, "Teman kita yang masih tersisa hanya beberapa orang. Fauzia barusan bulan lalu meninggal. Kalau Kui Eng kan sudah lama meninggal".Â
Mendengar hal ini, mendadak sontak kegembiraan hati saya yang awalnya meluap luap, mendadak padam bagaikan bara api disiram hujan lebat.
Jumlah teman sekelas saya tidak sampai hitungan sepuluh jari tangan. Bahkan ketika mendengarkan bahwa beberapa orang murid saya di SMP sudah tiada tanpa terasa mata saya basah.
Hal Lain Yang Dapat Dirasakan
Ada hal lain yang juga  dirasakan, yakni sambutan sanak famili dan teman teman lama serta tetangga semasa kecil. Bagi yang pernah menyisihkan waktunya untuk menyaksikan kehidupan semut dari dekat, maka disaat pulang kampung, maka hal ini dapat dirasakan. Yakni setiap ketemu teman teman lama, maupun sanak famili, pasti berhenti sesaat untuk saling menyapa, "Wah,kapan datangnya? Mari singgah ke rumah sebentar ya atau yuk kita minum kopi di Warung yang dulu ya dan seterusnya". Dan hal ini disampaikan dengan wajah ceria dan mata berbinar binar ,saking senang bertemu dengan kita.
Hal inilah suatu bukti bahwa "hukum tabur tuai" benar benar dapat dirasakan buktinya. Kalau semasa kita masih tinggal di kampung halaman, hubungan kita baik dengan para tetangga,t eman teman dan kerabat, maka orang akan menyambut kita dengan penuh rasa suka cita. Bahkan bertubi tubi ajakan makan bersama, sehingga kita bingung mau menentukan mau memenuhi undangan makan siapa? Dan dalam waktu singkat kedatangan kita menjadi "viral" di kampung, walaupun kita bukan pejabat dan bukan orang penting.Â
Malam harinya walaupun tidak pernah mengumumkan  bahwa kita lagi mengadakan acara "open house" tetap saja bergantian para keponakan dan teman teman serta kerabat lainnya, berkunjung ke tempat kita menginap. Dan tidak lupa bawa oleh oleh, seperti  keripik balado dan makanan kecil lainnya. Hingga larut malam, tamu silih berganti datang dan baru bisa beristirahat lewat tengah malam.Â