Tidak Ada Takaran Harus 3 Kali Sehari
Sering membaca pesan masuk via WAG, "Untuk merawat cinta terhadap pasangan anda,maka ucapkanlah "I love You " kepada pasangan anda, minimal 3 kali sehari". Saya sempat berpikir, ini yang menulis pesan lagi bercanda atau mungkin berpikir bahwa merawat cinta itu kayak orang minum obat dari resep dokter? Kog ada patokan "minimal 3 X sehari?" Apakah kalau lebih dari 3 kali, mengucapkan I love You pada pasangan hidup, akan terjadi overdosis, sehingga mabuk cinta?
Baik saya,maupun istri saya hanya pernah mengucapkan "aku mencintaimu " hanya satu kali saja, yakni sewaktu mengucapkan janji pernikahan di depan Altar.
"Helena, saya memilih engkau menjadi istri saya. Saya berjanji setia kepadamu dalam untung dan malang, di waktu sehat dan sakit, dan saya mau mencintai dan menghormati engkau seumur hidup." Janji ini saya ucapkan dengan nada bergetar. Dan setelah itu, giliran Helena mengucapkan janji setianya terhadap diri saya (Helena adalah nama Permandian istri saya dan nama permandian saya adalah Andreas)
Janji tersebut sama sama kami ucapkan pada tanggal 2 Januari 1965 di Gereja Katedral di kota Padang. Dan setelah itu,tak pernah lagi mengucapkannya, sehingga kami sama sama menua.
Kami berdua tidak pernah mengumbar kata kata cinta,tapi saling membuktikan bahwa kami saling mencintai dari lubuk hati terdalam. Kalau malam hari saya mengantuk dan mau langsung tidur, istri saya memegang tangan saya dan berbisik, "Kita berdoa dulu sayang". Dan kami berdua sama sama mengucapkan doa.Â
Tengah malam, istri saya dengan ikhlas bangun, untuk membenahi selimut saya yang tersingkap agar saya tidak kedinginan. Tindakan yang mungkin dianggap sepele, tapi bagi saya sungguh merupakan bukti betapa wanita yang telah mendampingi saya dalam suka dan duka selama lebih dari setengah abad cintanya tak pernah meluntur terhadap diri saya. Dan saya menjawab, cinta yang tulus dari istri saya dengan tidak pernah menghianati cintanya, lahir batin.
Kalau istri saya sudah selesai mencuci pakaian  kami, maka tanpa diminta saya akan membantu mengangkat dan mengantarkan kepada istri saya untuk dijemur. Kalau makan di restoran, maka kami makan sepiring berdua, tanpa merasa malu ditengok orang. Walaupun diantara kami tidak ada sekat apapun, tapi selalu saling menjaga hati.
Kalau datang surat dari Pos untuk saya, maka istri saya tidak pernah membukanya, kecuali saya yang minta, Begitu juga, kalau ada surat atas nama istri, maka saya serahkan kepada istri saya. Kami tentu tidak mungkin melakukan hal-hal yang spektakuler, tapi kami melakukan hal-hal kecil dengan sepenuh hati.