Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Alangkah Bahagianya Pertama Kali Dapat Undangan

15 Januari 2020   06:59 Diperbarui: 15 Januari 2020   06:56 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi Sesaat Kemudian Hati Jadi Galau

Selama bertahun tahun tidak pernah ada undangan yang singgah di kedai kami, maka ketika ada undangan yang diantarkan langsung oleh calon pengantin tentu bagaikan mendapatkan seteguk air di padang pasir. Kerinduan dan harapan hati kami selama bertahun tahun akhirnya jadi nyata. Ya, ditangan saya ada kartu undangan yang berwarna merah jambu dan disana jelas tertulis:

Undangan

Kepada Yth. Bapak Tjiptadinata Effendi dan Nyonya

Seakan akan tidak percaya akan pandangan mata sendiri, maka buru buru Kartu undangan tersebut saya perlihatkan kepada istri saya. "Sayang, akhirnya  ada juga yang mau mengundang kita," sorak saya dengan suara sangat gembira. 

Istri saya menyambut tak kurang antusiasnya. Tapi sesaat kemudian tanpa ada yang memberikan komando tiba tiba kami berdua terdiam. Tanpa satu katapun keluar dari mulut, kami berdua tiba tiba sadar: 

"Mau kasih kado apa? Darimana dapat uang, sedangkan untuk makan saja kami harus berhutang? Lagi pula, semua pakaian yang layak pakai sudah kami jual pada pedagang pakaian bekas. Bahkan jas yang saya gunakan sewaktu acara pernikahan juga sudah lama saya jual. Istri saya juga tidak punya satu lembar pakaian layak pakai untuk kepesta, kecuali pakaian yang biasa dipakai ketika mengajar. Belum lagi sepatu saya yang sudah dijahit sana sini" Akhirnya,kami berdua saling berpelukan sambil menangis. 

Kenangan Pahit Yang Mengingatkan Kami Agar jangan Lupa Bersyukur

Kejadian tersebut sudah lama terjadi, tapi kami berdua tidak pernah melupakannya karena menjadi pengingat bagi kami berdua agar jangan pernah lupa bersyukur, bahwa kini kami bisa hidup berkecukupan dan dikelilingi anak mantu cucu dan mantu cucu yang menyayangi kami.

Dulu kejadian tersebut terasa amat sangat menyakiti, tapi kini kami bersyukur bahwa kami menderita sewaktu muda dan dihari tua dapat menikmati hidup aman dan damai tanpa beban. Tak terbayangkan, seandainya kami hidup berhura hura sewaktu masih muda dan harus hidup menderita di hari tua.

Apakah hal ini yang dimaksudkan dengan: "Blessing in disguise ?" yakni berkat yang terselubung? Entahlah, yang penting kami baru sadar bahwa setelah mengalami penderitaan selama bertahun tahun, kami semakin dapat berempati terhadap penderitaan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun