Perlu Memaknai Petata Petiti Secara Bijak
Mungkin saya salah seorang yang paling sering mendapatkan suntikan nasihat dan harapan,selain dari ratusan kali mendapatkan suntikan dari para dokter.Â
Hal ini diakibatkan karena akibat kenakalan masa muda,menyebabkan saya sering kali hampir mati. Baik berkali kali hampir mati tenggelam, jatuh tertusuk bambu runcing, menembus paha hingga ke perut, jatuh dari pohon dan seterusnya dan seterusnya.Â
Pada waktu kondisi sekarat, tentu saja suntikan harapan ini merupakan hal yang positif,yakni memberi semangat untuk terus bertahan karena yakin bahwa: "Sebelum ajal berpantang mati", Tapi bila keliru dalam memaknai ,maka boleh jadi orang merasa tidak perlu berobat bila sakit karena yakin, bahwa: "Kalau belum ajal,berpantang mati?"
Sisi Negatif
Sesungguhnya,ada sisi negatif yang belum pernah saya ceritakan, yakni akibat dari keyakinan akan kata kata bijak ini, bahwa kita tidak akan mati, apapun yang dilakukan, bila belum ajal.Â
Akibat dari kesalahan saya memaknai nasihat ini telah mendorong saya bertindak ceroboh. Misalnya,tidak ada siswa SMA Don Bosco yang berani memanjat pohon kelapa sewaktu kami dibawa wisata ke Pulau Pisang sekitar 2 jam perjalanan dengan menggunakan kapal kecil. Tapi saya dan teman saya Tek Ho berani, Karena yakin, sebelum ajal, berpantang mati. Saya berani ke laut hanya menggunakan sampan kecil dan tanpa pelampung keselamatan karena keyakinan yang sama, bahwa saya tidak akan mati bila belum tiba ajal
Perlu Kehati-hatian Memberikan Petuah Kepada Anak Cucu
Karena sudah mengalami sendiri secara pribadi,betapa karena salah dalam memaknai kata kata bijak: "Sebelum ajal berpantang mati" atau "Maju terus, pantang mundur", maka saya berkali kali hampir mati.
Hal ini menjadi pelajaran hidup yang amat berharga bagi saya. Sehingga ketika kelak saya menjadi pengajar di SD dan SMP ,saya tidak berani gegabah memberikan petata petiti yang dapat menyebabkan anak anak secara keliru memaknai dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi.
Hal ini kami terapkan juga kepada anak anak kami, yakni tidak secara sembarangan tebar nasihat sana sini. Karena dapat berakibat fatal bila anak anak tidak dapat memaknai secara cermat dan bertindak gegabah, seperti memanjat pohon tinggi tanpa pengamanan atau bahkan meloncat dari ketinggian karena keyakinan yang keliru bahwa orang tidak akan mati bila belum ajal.