Ditulis Berdasarkan Secuil Pengalaman HidupÂ
Hal ini saya alami, ketika pertama kali mencoba melakukan bisnis antar kota  Padang dan Medan, tapi karena terlalu over confidence, padahal sama sekali belum berpengalaman, maka dalam waktu kurang dari satu tahun, seluruh modal ludes akibat terus merugi. Masih ditambah lagi dengan utang pada tante kami yang memberikan tumpangan tempat tinggal di Medan, tidak mampu saya lunaskan. Sementara piutang di berbagai tempat di Padang, belum ditagih sehingga kalau mau menagih saya harus balik lagi ke Padang. Sedangkan jumlahnya tidak seberapa. Kami tidak ingin membebani tante kami, yang sudah mengizinkan kami tinggal secara gratis dan kini harus menanggung biaya hidup kami berdua Kami harus berani mengambil keputusan.Â
Tanpa diminta, isteri saya melepaskan semua perhiasan yang ada padanya, kecuali cincin kawin untuk dijual. Pada awalnya, saya tidak tega, tapi karena tinggal numpang dirumah tante dengan hutang yang menumpuk, maka dengan berat hati, seluruh perhiasan istri saya dijual. Walaupun seluruh perhiasan istri sudah habis dijual, dan hasilnya tidak cukup untuk melunasi hutang kami pada tante. Tapi setidaknya kami sudah lega, karena sudah menunjukan itikad baik kami. Kami pamitan dari tante dan pindah ke pemondokan buru di pabrik karet di pinggiran kota Medan.
Walaupun jelas tinggal di pemondokan buruh yang hanya seluas 2 x 4 meter, tanpa perabot apapun, sangat jauh berbeda dibandingkan dengan tinggal di rumah tante kami, tapi hati kami lega, karena sudah menggunting benang kusut kehidupan kami dan bisa mengawali lagi dari nol besar. Setidaknya dengan jalan ini, kami tidak lagi membebani tante kami dan  bebas dari pikiran yang membelenggu diri kami.
Semoga tulisan kecil ini, ada manfaatnya, khususnya bagi yang sedang menghadapi benang kusut kehidupan.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H