Main Api HangusÂ
Banyak orang mengira bahwa  garis demarkasi hanya terdapat  antar negara yang sedang konflik. Garis demarkasi merupakan garis batas pemisah yang telah disepakati dan ditetapkan pada waktu adanya cease fire atau gencatan senjata antara kedua belah pihak.Â
Batas yang tidak boleh dilanggar oleh kedua belah pihak. Sesungguhnya dalam hidup berkeluarga juga ada garis batas demarkasi ini yang memang tidak tertulis, tapi sudah merupakan tradisi dan  kesantunan dalam masyarakat  untuk menjaga martabat sebuah rumah tangga.
Kebiasaan sebelum menikah, di mana sahabat karib atau kerabat boleh keluar masuk dengan bebas ke kamar tidur kita, bahkan tidak jarang kalau kemalaman ataupun hujan lebat, ikut menumpang menginap, maka begitu menikah, kebiasaan ini sudah harus di hentikan secara total, Baik dari pihak suami maupun dari pihak istri.
Kejahatan Terjadi Bukan Hanya Karena Ada Niat Pelaku,Tapi juga Kesempatan Yang Diberikan
Hal ini juga berlaku dalam menjaga martabat pernikahan. Sudah tidak terhitung banyaknya, terjadi petaka, suami digaet sahabat karib atau istri lari dengan orang yang selama ini dianggap kerabat oleh suami pasangan suami istri, baik sendiri sendiri maupun bersama sama berkewajiban menjaga dan mengawal agar garis demarkasi ini jangan pernah ada yang berani melanggarnya. Karena di sinilah terletak martabat dari  kehidupan suami istri yang seharusnya dijunjung tinggi sepanjang hayat
Yakni dengan memahami bahwa kamar tidur adalah privasi suami istri. Jangan biarkan siapapun termasuk sahabat karib ataupun kerabat dekat masuk kedalam kehidupan pribadi kita, apalagi sampai diajak masuk ke kamar tidur. Kehilangan harta, bisa dicari gantinya, tapi kehilangan martabat diri, maka kita sudah tidak bernilai lagi.
Kebablasan Dalam Bercanda
Entah karena sudah menjadi trending di masa kini atau terdorong oleh hasrat hati ingin menjadi populer, maka tidak sedikit orang orang yang sudah berkeluarga, bercanda secara kebablasan.
Begitu bebasnya, sehingga apa yang dilakukan dibalik kelambu juga diungkapkan secara terbuka. Dan mirisnya, tidak sedikit dari emak emak yang sudah berkeluarga ikut terpancing, larut dalam canda yang mengerikan ini.
Mungkin dianggap memang begitulah seharusnya canda orang dewasa, baik canda yang diucapkan secara lisan, maupun tertulis atau ikut serta dalam canda yang tidak santun, seakan mengisyaratkan kepada orang lain, bahwa dirinya tertarik  atau bahkan mungkin diterjemahkan "saya juga mau seperti itu".Â