Karena Tidak Ada Yang Abadi Di Dunia Ini
Secara tanpa sadar sesungguhnya diskriminasi terjadi dalam berbagai bidang kehidupan. Diskriminasi, bukan melulu bermakna membedakan suku dan agama, tapi juga memperlakukan orang secara berbeda karena merasa tidak selevel dengan diri kita. Untuk dapat mencari data dan faktanya tidak perlu buang waktu untuk berselancar di google, karena setiap hari dapat kita saksikan sendiri dan terjadi di depan mata kita.
Misalnya ketika makan di restoran. Tamu yang duduk memesan makanan, karena merasa dirinya boss dan pelayan hotel tidak selevel dengan dirinya, maka dengan seenaknya membentak, "Hai, mbak... Mana pesanan saya? Cepetan dong!"Â
Atau tengok orang yang merasa diri orang besar, ketika disalami oleh orang yang dianggapnya tidak selevel. Hanya menyalami dengan ujung jari sementara matanya menengok ke arah lain, karena merasa orang yang berdiri dihadapannya tidak selevel, jadi tidak perlu dihargai.
Ini hanya sekadar contoh untuk menjelaskan, betapa di era kemerdekaan ini gaya feodal masih terus dilestarikan.
Menghargai Orang Lain Tak Akan Mengurangi Apa Yang Ada Pada Diri Kita
Walaupun mungkin kita merasa diri kaya raya hebat dan menjadi orang penting, tetapi alangkah bijaknya tetap membumi dan memperlakukan semua orang dengan sepantasnya.
Walaupun makan di restoran kita bayar, tapi apa ruginya berbicara sopan dan mengucapkan terima kasih kepada Pelayan restoran yang melayani kita.
Hargailah lawan bicara ketika berbicara, lakukanlah eye contact dengan sopan. Jangan lupa gesture atau bahasa tubuh yang ditampilkan termasuk pandangan mata yang menyepelekan sangat tajam dirasakan lawan bicara.
Menghargai orang lain tak akan mengurangi wibawa ataupun harga diri kita. Dan pasti tidak akan mengurangi martabat diri kita.
Jangan lupa, mungkin kita merasa diri orang hebat tapi ada jutaan orang yang jauh lebih hebat dari kita.