Sungguh Penuh Dengan Tantangan Hidup
Secara umum, bila seorang pria hidup mapan, punya rumah, dan kendaraan pribadi serta usaha yang lumayan besar, maka untuk mencari pendamping hidup sangatlah mudah. Karena kondisi yang tersedia sudah menjanjikan masa depan yang cerah. Tetapi tidak bagi yang belum.
Ketika hidup masih morat marit, rumah belum punya, bahkan kendaraan hanya sebuah sepeda onthel, maka apa yang mudah bagi orang lain, boleh jadi menjadi hal yang sangat sulit bagi kita.
Karena menikah, bukan untuk sehari, seminggu, atau sebulan, melainkan seumur hidup.Â
Walaupun mungkin kita beruntung memiliki wajah yang lumayan dan memiliki pekerjaan tetap, namun calon pendamping akan berpikir secara matang. Siapkah ia hidup dalam serba kekurangan bersama kita?
Bila ternyata ada wanita yang siap menikah dengan kita, walaupun sudah mengetahui bahwa secara ekonomi kita masih belum siap maka sesungguhnya ia sudah lulus ujian pertama.
Pengalaman Pribadi
Sebelumnya mungkin banyak bertanya kepada tulisan saya, mengapa setiap tulisan,selalu dihubung-hubungkan dengan pengalaman pribadi?
Sederhana saja, bagi saya pribadi, pengalaman hidup bukan untuk disimpan sendiri, melainkan untuk dibagikan dengan harapan mungkin dapat menjadi masukan dan sekaligus motivasi bagi orang banyak.
Nah, dulu, ketika sebelum menikah, saya dan istri sama-sama bersekolah di SMA Don Bosco. Sejak masih SMA kami memang sudah dekat. Bahkan, kami pernah bekerja di perusahaan yang sama, yakni PT Hanico, di Jalan Batang Arau Padang.
Karena kedekatan kami berdua sejak bangku sekolah, maka kami memutuskan untuk menikah. Dan setelah menikah,kami akan langsung pindah ke Medan,untuk tidak membebani orang tua kedua belah pihak.