Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pikiran Negatif, Menjerumuskan Kita dalam Kemurungan

31 Oktober 2019   05:31 Diperbarui: 31 Oktober 2019   05:52 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hukum Alam Terus Bekerja ,Kita Percaya Ataupun Tidak

Untuk dapat merasakan dan sekaligus membuktikan dalam diri sendiri, tidak perlu secara khusus belajar tentang "the law of attraction" atau hukum tarik menarik yang menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan manusia.

Contoh aktual yang paling sederhana adalah ketika kita merasa sedih, murung, dan suasana hati yang galau maka walaupun "hanya" terjadi dalam hati dan pikiran, tapi secara serta merta, kita merasakan efek negatif secara nyata. Antara lain :

  • wajah menjadi tak enak dipandang
  • tidak dapat menikmati makanan yang ada didepan kita
  • menjadi gampang tersinggung
  • bahasa tubuh yang serba canggung
  • nada suara yang tidak nyaman didengar
  • kehilangan sifat kesantunan
  • dan seterusnya

Menutup Pintu Rezeki

Secara tanpa sadar,setiap orang yang membiarkan pikiran negatif menguasai pikiran dan hatinya, sesungguhnya telah menutupi satu demi satu jalan untuk dapat mengubah nasibnya.

Karena hukum alam berbunyi: "Pikiran negatif akan menarik semua hal yang bersifat negatif." Sedangkan pikiran yang positif akan selalu menarik hal-hal yang bersifat positif, seperti: berbagai kemudahan dan rezeki dalam upaya mengubah nasib kita. 

Akan tetapi, bila kita membiarkan pikiran negatif menguasai hati dan pikiran kita,maka secara tanpa sadar kita sudah membangun penjara bagi diri kita sendiri.

Orang yang selalu hidup dalam keluh kesah berkepanjangan baik yang terucapkan melalui mulutnya maupun yang ada dalam hati dan pikirannya telah menjerumuskan dirinya ke jurang kehancuran.

Realita

Ketika kita mengemudikan kendaraan, dalam suasana hati dan pikiran galau, maka konsentrasi menjadi bias, sehingga menjadi kurang hati-hati dalam mengemudi, sehingga dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan.

Tak seorang pun senang menengok wajah yang murung dan kusut dan pasti tidak akan ada yang mau menjadi mitra bisnis dengan orang pemurung dan pemarah. 

Bagi yang sudah berkeluarga,maka hal ini akan menciptakan "neraka" dalam rumah tangga. Anak dan istri menjadi sasaran kemarahan .Tak ada lagi home sweet home" Kondisi seperti ini akan menyebabkan hidup terpuruk semakin dalam.

Better Late Than Never

Seandainya,diri kita termasuk orang yang selama ini hidup dalam kemurungan dan penuh keluh kesah,maka mulai saat ini mulailah melangkah keluar dari lingkaran setan ini.

Lebih baik,terlambat,daripada tidak sama sekali.  Jangan tunggu hingga esok karena esok belum tentu akan ada lagi kesempatan untuk berubah. Seperti kata peribahasa: "Don't wait until to-morrow what you can do today,because to-morrow maybe too late"

Ditulis berdasarkan pengalaman hidup pribadi yang pernah terjerumus dalam kemelaratan selama tujuh tahun. Dan ketika mampu mengubah pikiran negatif,menjadi positif, maka secara bertahap,hidup kami mengalami perubahan yang luar biasa

Tjiptadinata Effendi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun