Ketika tiba saatnya harus hidup mandiri maka anak anak yang dimanja secara kebablasan menjadi sosok yang gamang, karena tiba-tiba harus melakukan semuanya sendiri. Menyebabkan ia akan bertingkah laku serba canggung dan terasa aneh diantara teman teman sebaya.
Ijazah sarjana yang ada di tangan, tak lebih berharga dari hanya selembar kertas karena tidak disertai dengan kepribadian yang mantap. Mereka baru sadar bahwa tidak semua hal dapat diselesaikan dengan uang. Maka sosok seperti ini akan menambah angka sarjana pengangguran.
Mencegah Sedini Mungkin
Segala sesuatu yang bersifat berlebihan selalu akan ada dampak negatifnya. Maksud baik, harus disertai dengan pertimbangan akal budi. Bahwa memanjakan anak anak secara kebablasan, akan menjerumuskan mereka menjadi manusia yang gamang menghadapi hidup.
Alangkah bijaknya, bila  sebagai orang tua atau calon orang tua sejak sedini mungkin mempersiapkan mental anak anak kita agar kelak mampu mengatasi kerasnya kehidupan.
Cucu cucu kami, sejak di SMA sudah  kerja paruh waktu.Begitu juga ketika mereka masih kuliah. Bukan alasan, bahwa kesibukan kuliah menyebabkan mereka tidak punya waktu untuk kerja paruh waktu, Buktinya cucu kami Dea Karina Putri sejak SMA kerja paruh waktu dan sewaktu masih kuliah juga kerja.
Beberapa bulan lalu dalam usia 23 tahun lulus Master of degree dan langsung dapat pekerjaan. Begitu juga cucu kami Alex yang dapat bea siswa melanjutkan studi di Jepang, juga kerja paruh waktu di restoran tapi bisa lulus dengan angka yang baik.
Catatan: Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud merecoki cara orang mengurus rumah tangga, melainkan sekedar mengingatkan agar jangan sampai penyesalan terlambat tiba.
Tjiptadinata Effendi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H