Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Konsultan - Kompasianer of the Year 2014

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jangan Biarkan Berkah Berubah Jadi Kutukan

20 Agustus 2019   20:36 Diperbarui: 21 Agustus 2019   07:54 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Brown Boy (@brownboymuzik/instagram)

Tidak Ada Yang Pasti Di Dunia Ini

Ketika hidup dalam berkurangan, orang lebih mudah menata dan mengontrol diri,serta memahami,bahwa hidup itu adalah bersifat dinamika. Bergerak dari waktu ke waktu dan dari satu sudut ke sudut lainnya bahwa ada kalanya giliran kita berada di posisi diatas, tapi ada kalanya tiba giliran orang lain. Tetapi, ketika kehidupan sudah mapan, sering membuat orang lupa diri dan secara tanpa sadar dalam dirinya tertanam rasa angkuh,karena merasa memiliki kelebihan dari orang lain.

Ada begitu banyak contoh contoh hidup,yang telah terjadi.Misalnya,orang yang sebelumnya terkenal kaya raya,tapi entah karena alasan apa ,tiba tiba jatuh bangkrut. Tapi sayang sekali banyak orang ,yang tidak mau memetik pelajaran berharga dari kegagalan orang lain. Padahal belajar dari kegagalan orang lain.tak kalah pentingnya dengan belajar dari kesuksesan orang. Dengan belajar dari kegagalan orang lain,maka kita akan terhindar dari apa yang sudah terjadi pada orang lain,tanpa harus membayar:"uang sekolah" yang teramat mahal.

Miskin ,Kaya dan Miskin Lagi

Sebagai contoh,izinkan saya mengangkat kisah nyata,secara sekilas,sebagai gambaran. Yang tinggal di jalan Kali Kecil,di daerah Pulau Karam di kota Padang,termasuk keluarga besar kami,dapat dikatakan hidup dalam keprihatinan (miskin).

Karena kalau orang yang ada uang,tidak akan mau tinggal di daerah yang sering terendam banjir. Salah seorang dari tetangga kami tiba tiba bagaikan mendapat :"durian runtuh" karena diangkat menjadi agen dari salah satu pabrik kretek. Dalam waktu singkat ,hidupnya meroket dan yang awalnya tinggal di belakang rumah kami,tiba tiba bisa membeli rumah permanen.Sebut saja namanya Agung. Tetapi sejak menjadi kaya,sifatnya yang dulu ramah tamah dan santun,berubah secara mendadak. 

Bila ada keperluan ,ia cukup menghentikan mobil di pekarangan rumah dan kemudian membunyikan klakson dan tuan rumah yang harus turun mendekati kendaraanya dan bertanya. Semakin lama semakin sombong,karena merasa dengan kekayaannya,ia bisa membeli apa saja. Sejak itu, hubungan dengan tetangga terputuslah sudah.

Badai Bisa Datang Kapan Saja

Ternyata dikemudian hari, ketika kami sudah pindah ke Jakarta,sewaktu saya dan istri sedang menunggu kendaraan kami dicuci di Kemayoran,tampak pak Agung melintas sambil membawa kardus bekas dengan sepeda.

Untuk menyakinkan diri, saya langsung berdiri dan bergegas memanggilnya.Tetapi malahan pak Agung ,semakin mempercepat langkahnya menyeret sepeda,yang penuh dengan kardus bekas. Saya langsung telpon salah seorang keponakan di Padang dan menanyakan tentang pak Agung. 

Ternyata benar, sudah 3 tahun meninggalkan kota Padang,karena rumahnya ,yang dijadikan agunan di salah satu bank swasta, disita oleh bank,karena tidak mampu mengembalikan pinjaman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun