Ayu Bukan Hanya Berani Bermimpi.Tapi Juga Berani Mengejar ImpiannyaÂ
Ayu ,nama sebenarnya,adalah lulusan Institut Seni Indonesia. Sebelum memutuskan untuk merantau ke Australia, Ayu sudah mencoba bekerja keras dengan berbisnis seragam tentara dan sekaligus bekerja paruh waktu sebagai Pelayan di Yogyakarta.Â
Namun segala jerih payah yang sudah dirintis sejak tahun 2011 tersebut,tidak berjalan sebagaimana yang diharapkannya.Karena setelah berusaha dan kerja keras ,namun tidak melihat ada titik terang untuk masa depan,maka akhirnya Ayu memutuskan untuk mencoba peruntungan di negeri orang
Sebelum datang ke Australia bulan Maret lalu, lulusan Institut Seni Indonesia ini memiliki bisnis menjual seragam tentara dan bekerja paruh waktu sebagai pelayan di Yogyakarta.Namun usaha yang dirintisnya sejak tahun 2011 semakin tidak menentu karena meningkatnya inflasi dan keadaan ekonomi yang tak kunjung membaik.
Di sini,Ayu mendapatkan pekerjaan di perkebunan Swansea.Mengaku mendapatkan upah  hingga $700, atau sekitar lebih kurang 7 juta per minggu dengan waktu bekerja 35 jam .Agar hasil kerja kerasnya dapat ditabung,maka Ayu bertekad untuk hidup hemat.Yakni dengan menyewa sebuah kamar seharga $150, atau kurang dari Rp 1,5 juta per minggu dan uang makan yang dibatasi hingga $15, atau Rp 144 untuk tiga hari.
Masih menurut Ayu, pendapatannya telah mencapai angka $10.000, atau lebih dari Rp 96 juta dalam waktu empat bulan.Ayu adalah peserta program Work and Holiday visa di Australia asal Yogyakarta dan kini bekerja di sebuah perkebunan anggur di kawasan Swansea, Tasmania.Â
Ia merupakan salah seorang wanita yang memberikan contoh nyata,bahwa emansipasi tidak perlu gembar gembor di media sosial,tapi telah dibuktikannya dengan tindakan nyata .Bekerja di musim dingin ,apalagi di udara terbuka,bukanlah pekerjaan mudah.Tapi Ayu tahu dan memahami.bahwa untuk mengubah nasib tidak ada jalan toll.
Sesungguhnya Bukan Kisah BaruÂ
Kisah Ayu ini sesungguhnya bukanlah sesuatu yang spektakuler.Gaji yang diperolehnya sebagai Pekerja pemula dan sebagai Pekerja di Perkebunan,adalah hal yang lumrah disini. Sebagai orang yang sudah  menjadi Penduduk Australia sejak tahun 2006, saya dan istri sudah berpindah pindah tempat tinggal .
Antara lain di Townsville,ibu kota Negara Bagian Queensland selama lebih kurang 2 tahun dan kemudian di New South Wales sekitar 5 tahun dan belakangan di Western Australia,kami sudah mendengarkan tentang orang Indonesia yang bekerja di Australia. Bahkan secara langsung informasi tentang besarnya penghasilan setiap bulan,kami dengar secara langsung dari cucu cucu dan keponakan kami