Waktu Yang Berlalu Tak Mampu Memupus Rasa
Walaupun kejadiannya sudah berlalu cukup lama, namun setiap kali saya duduk ada rasa penyesalan dalam diri yang tak bisa saya ungkapkan kepada siapapun. Saya seringkali menasihati orang lain agar jangan menghukum diri secara berlebihan, tapi ketika tiba giliran saya yang mengalami ternyata tidaklah semudah itu mengaplikasikannya.Â
Pagi ini sambil menyeruput secangkir Cappucino yang disediakan istri tercinta, saya membalik satu persatu halaman album foto yang khusus saya bawa dari Indonesia. Secara tanpa sadar alam pikiran saya larut mengenang orang-orang yang ada dalam foto tersebut.Â
Ada foto sahabat baik saya Syamsuar yang merupakan sosok yang membantu saya dengan sepenuh hati, untuk mengubah nasib sehingga dari Penjual Kelapa di Pasar saya dapat menjadi seorang Eksportir. Tanpa dukungan sepenuhnya dari Syamsuar saya tidak bisa membayangkan seperti apa hidup kami saat ini.
Pada waktu Syamsuar berada di Rumah Sakit Mount Elisabeth di Singapore untuk berobat, saya menelpon dan mendengar jawaban yang melegakan hati:"Terima kasih sudah telepon. Saya tidak apa apa hanya dokter bilang harus di opname ". Mendengar jawaban mantap ini, rencana saya dan istri untuk membesuk ke Singapore kami tunda, karena bertepatan ada pengapalan barang barang untuk diekspor.
Rencana keberangkatan ditunda 2 hari, tetapi dua hari kemudian saya dapat telpon sahabat baik saya Syamsuar sudah berpulang di RS Mount Elisabeth. Sungguh ada penyesalan mendalam yang saya rasakan,mengapa rencana saya tunda?
Janji Ketemu dengan Pak WayanÂ
Saya dan istri diajak oleh pak I Wayan yang dulu pernah menjabat sebagai pimpinan Diklat Dinas Sosial di Abepura, untuk jalan jalan ke Free Port. Tentu saja kami senang dan sesuai jadwal kami ke Jayapura dan dijemput oleh pak I Wayan. Kemudian kami di ajak menuju ke Free Port. Sempat berfoto disana dan malamnya kami diundang makan ikan bakar.Â
Selang beberapa bulan kemudian,dapat kabar bahwa pak Wayan sakit dan pulang ke Yogya. Bertepatan saya lagi sibuk mengurus surat surat penting di Jakarta dan berpikir selang dua tiga hari kemudian kami akan berangkat ke Yogya.Â
Tetapi 3 hari kemudian dapat telepon bahwa pak Wayan sahabat kami yang bertugas di Abepura sudah dipanggil Tuhan. Kembali saya menangis dalam hati. Menyesal mengapa saya menunda? Kata orang, jangan sampai orang tua kehilangan tongkat dua kali tapi ternyata saya melakukannya.