Pada tahun 1990, ketika kami meninggalkan kampung halaman untuk merantau ke Jakarta kami memutuskan membeli sebuah rumah petak di Bintaro Jaya. Sebagai pendatang baru, saya dan istri mengawali dengan mengunjungi tetangga yang domisili di sekitar rumah kami. Salah satu rumah yang kami kunjungi adalah rumah pak Dedi yang rumahnya jauh lebih besar dibandingkan rumah kami.
Karena kami berkunjung pada hari Minggu sore, maka kami disambut langsung oleh Pak Dedi dan bu Dewi istrinya dan langsung dipersilakan duduk di ruang tamu.
Sesaat kemudian, pak Dedi memanggil kedua anaknya yang tampak sibuk bermain di sudut ruangan.
"Ayoh, Roni, dan Sinta, salami Opa dan Oma, tetangga baru kita," ujar pak Dedi.
Dan tanpa perlu diulangi kedua kalinya, putra putri beliau datang berlari lari dan langsung menyalami serta mencium tangan kami berdua. Kemudian berlari lagi kembali ke sudut ruangan meneruskan permainan mereka.
Menurut bu Dewi, Roni berusia 8 tahun dan adiknya Sinta hanya selisih satu tahun.
Kemudian kami ngobrol hilir mudik tentang kampung halaman kami di Padang. Ternyata kedua orangtua Pak Dedi juga berasal dari Padang, tapi pak Dedi lahir di Jakarta sehingga hanya bisa berbahasa Padang beberapa kata.
Mendengarkan bahwa kedua orangtua pak Dedi ternyata sekampung dengan saya, tentu saja membuat kami sangat antusias untuk bisa bertemu.
Kami diantarkan oleh pak Dedi dan istri ke kamar yang berada di belakang. Tampak sepasang suami istri yang sudah tua sedang duduk santai di kursi yang ada di sana.
Pak Dedi memperkenalkan, "Pak,Bu, ini pak Effendi dan istri dari Padang ingin ketemu".
Maka pasangan suami istri ini tampak bergerak dari kursinya dan berjalan menyambut kami.