Rasanya anak SMP juga tahu,apa arti dari peribahasa yang ditulis sebagai judul tulisan ini,yakni :" Datang tampak  muka ,pulang tampak punggung" Yang dapat diartikan,bahwa kalau kita bertamu atau berkunjung ke pertemuan,maka datanglah secara baik ,menyalami tuan rumah atau panitia yang menyambut kita.Â
Dan bila tiba waktu untuk meninggalkan ruangan ataupun karena ada keperluan mendesak sehingga tidak memungkinkan menunggu hingga acara selesai,tentu saja kita tidak menyelinap diam-diam dan kemudian pulang. Alangkah eloknya bila ,tidak hanya ketika datang kita menyalami tuan atau nyonya rumah,tapi juga ketika akan pulang ,kita juga menyalami untuk pamitan
Pindah ke Komplek Perumahan Yang Asing Bagi Kita
Biasanya  ,zona kenyamanan dan keamanan kita adalah lokasi dimana kita sudah tinggal disana sejak kecil atau sudah bertahun tahun. Kita sudah saling mengenal dengan tetangga kiri kanan dan muka belakang  Tapi entah karena alasan apa,bisa saja suatu waktu kita harus pindah ke Komplek Perumahaan yang terasa asing bagi diri kita dan keluarga kita.Â
Hal ini bukan perkara mudah,karena kita tidak tinggal seminggu dua minggu,melainkan mungkin tahunan di tempat yang baru. Seandainya ,kita tidak secara arif membina hubungan baik,sejak dari hari pertama pindah dan selanjutnya maka dapat dibayangkan betapa merasa terasingnya kita tinggal disana walaupun sama sama orang Indonesia. Â
Dengan tetangga kiri kanan tidak saling kenal .Dengan tetangga dibelakang rumah apalagi. Suasana yang tidak nyaman ini, sudah pasti akan berdampak buruk terhadap diri kita dan keluarga,karena  merasa hidup diantara orang asing
![persahabatan lintas suku budaya dan agama./dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/06/26/persahabatan-effendi-5d1351ae0d82304e75746182.jpg?t=o&v=770)
Saya terlahir di daerah Pulau Karam  dan kemudian berjualan dan tinggal di Pasar Tanah Kongsi. Selang 11 tahun kemudian,ketika nasib kami berubah dan saya alih profesi dari penjual Kelapa menjadi Pengusaha maka saya berkantor di jalan Niaga  .Yang secara keseluruhan termasuk dalam lingkungan kampung Tionghoa
Sudah lama saya ingin menjadi orang pertama ,dari etnis Tionghoa yang tinggal di Komplek Perumahan ,yang warganya setahu saya seratus persen beragama Islam. Karena kalau tidak ada yang mau mengawali,sampai kapanpun warga kota Padang akan terkotak kotak ,antara yang tinggal di lokasi kampung Tionghoa ,yang melingkupi daerah, "Pulau Karam. Kali Kecil.Tanah Kongsi. Kelenteng ,Pondok, Kampung Sebelah,Kampung Dobi dan lain lainnya.Â
![Kami berbeda suku ,beda budaya dan beda agama,tapi kami bersahabat/dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/06/26/bersama-dyah-5d13523e097f367f574ab812.jpg?t=o&v=770)
Ketika rumah kami di Jalan Bunda I/n0.6 A sudah hampir siap,maka kami sekaligus membeli satu kapling lagi ,yang digunakan sebagai taman Sebelum pindah,kami berkunjung ke Pak RT pada waktu itu adalah Pak Syafri Syaun,yang bertugas sehari harian di BNI 46. Memperkenalkan diri dan kemudian berkunjung ke calon tetangga kiri kanan ,muka dan belakang. Â