Hanya Mau Menolong ,Bila Menguntungkan Dirinya
Kita semua memahami  arti serta makna yang terdapat dalam quote diatas. Yang dapat diterjemahkan secara bebas :"Sahabat palsu tak ubahnya bagaikan bayangan .Yang selalu ada dimanapun kita berada,selama matahari bersinar. Tetapi begitu hari mulai gelap,maka ia akan menghilang"
Quote ini,secara tidak langsung memberikan gambaran,bahwa persahabatan berdasarkan kepentingan bisnis atau politik,adalah merupakan persahabatan semu. Bila saling menguntungkan, maka hubungan terus berlanjut.Tapi begitu salah satu tidak merasa diuntungkan lagi, maka hubungan  menjadi renggang dan putus.Karena itu dikenal kalimat: "Dalam bisnis dan politik.tidak ada sahabat sejati,yang ada hanyalah kepentingan sesaat".
 Akan tetapi pada kenyataannya,bukan hanya tipe "mitra bisnis" dan "mitra politik" saja yang bersifat kepentingan sesaat,tapi masih ada lagi hubungan persahabatan semu yang mungkin sering luput dari perhatian kita.Â
Dalam hubungan persahabatan, yang bukan berdasarkan kepentingan bisnis,maka  antara sesama sahabat adalah biasa saling tolong menolong, tanpa memperhitungkan untung dan ruginya. Misalnya,ada kalanya kita yang mentraktir sahabat kita dan di lain waktu mungkin sebaliknya kita yang ditraktir. Atau kalau kondisi ekonomi cukup memadai, boleh jadi kita yang mentraktir dalam setiap pertemuan. Bahkan kalau sahabat kita membutuhkan bantuan, maka tanpa memperhitungkan waktu yang akan digunakan ,biaya transportasi dan sebagainya,maka dengan ikhlas kita akan datang menolong.Â
Begitu juga sebaliknya,secara timbal balik. Tanpa merasa terbeban karena memang sejak dari awal menjalin hubungan persahabatan, sama sekali tidak memikirkan akan mendapatkan suatu keuntungan secara materi.
Tajam  Sebelah Dalam Hitung Hitungan
Salah satu hubungan persahabatan semu adalah bila kita menjalin hubungan persahabatan dengan orang orang yang cerdik. Cerdik dalam konotasi yang negatif,yakni orang yang hanya memikirkan  kepentingan diri sendiri. Orang yang  cerdik sangat sulit untuk menerima sesuatu yang berbeda dengan dirinya karena menurut pemahamannya kebenaran itu hanyalah sebatas dari apa yang diketahuinya.Â
Selain itu, logikanya tidak dapat menerimanya sebagai sebuah kebenaran. Karena ia merasa dirinya pintar.maka segala sesuatu yang berada diluar kemampuan berpikirnya dianggap tidak benar dan tidak mampu untuk menerimanya.
Kalau dianalogikan adalah ibarat tram yang hanya bergerak di jalur yang sudah dikhususkan baginya. Begitu jalur akan melengkung atau terputus, maka tram akan terhenti atau terbalik. Karena kegiatannya sudah terprogram dan tram hanya mampu bergerak dan berjalan sesuai jalur yang sudah ditetapkan baginya.Â